29 Apr 2012

Rain and Life

Just hours ago, the rain passes through the river flow. giving a best day after a clear week. Thanks God, love to hear the drops.

Raindrops, the meaningful piece of water. It could be the joy, the sadness, uncertainty, passion, the best one, or the hardest one.

Just hours ago, i thought, the rain is simply do the cycles. And why do we don't?

Look at the raindrops. It falls, flows to the deepest land, and gathers at the sea. Then it evaporate to the sky, become clouds, then drops again.

Life is about chances which just as simple as rain. It cycles, and back to us some other times.

if Life is a recipe, Time and Chances is the most important seasonings. If you mistaken in 1st try, you can just do better in next-other tries. Mistake is just the goal that you didn't reach. Maybe.

Be happy for everything. Keep your hands open. Pray to Allah n believe in Him. Then Time and Chances will work better each day. :)

RRR.29.04.2012.

Melati

Melati, lain bagimu, lain bagiku
Di tanganmu sekuncup melati dulu berada
Entah untuk apa, tapi bagiku memunculkan satu asa

Melati, kuncupnya membesar
Membuka pertanyaan, "akankah aku mendapatkan mekarnya?"
Sedikit-sedikit mulai kucium wanginya.

Melati, masih dalam genggamanmu
Kuncupnya makin membesar
Sebesar harapanku untuk menerimanya dari tanganmu

Melati, masih dalam angan
Menyimpan sejuta rahasia
terutama, "untuk siapa?"

Ketika kuncupnya mulai terbuka,
mataku semakin berbinar terpesona dengan kilaunya
Kian siap untuk dirangkai menjadi mahkota

Melati, sakaukan aku.
Kini harumnya menyesakkan,
sedang bagimu, wangi yang mendebarkan.

Kelopak itu masih menyimpan rahasia, "Untuk siapa?"
Sementara bagiku dunia melati sudah seperti makam kuburan

25 Apr 2012

Saya dan Bulan Kesembilan

April.

Ada banyak cerita.
Pameran arsitektur.
Riuh rendah ulang tahun.
Insting dan kebetulan.
Langkah masa depan yang masih acak semu.

April.

Dibuka dengan pertambahan usia, pengurangan jatah hidup, dan penyadaran akan keharusan hidup dewasa. Dewasa, berarti keteraturan, kebijaksanaan, kecerdikan berpikir. Yang tak pernah lepas dari kecurigaan, kebohongan, korupsi, alasan, ketidakjelasan dan non-toleransi.
Seringkali, aku tak mau cepat dewasa. Dewasa itu seperti kita tak bisa lagi bebas, kita seperti harus memiliki satu identitas pasti untuk bercampur dalam populasi. Kesempurnaan lah yang dituntut dalam kedewasaan. Jika kau tak sempurna, maka hanya dua pilihan: cari identitas lain atau dibuang.

April.

Dimana aku dan teman-teman sibuk menyiapkan pameran yang baru saja selesai tiga hari yang lalu. Pameran yang kurang tersiapkan namun syukurlah hasilnya sangat memuaskan. Meski harus membelah diri antara panitia dan bazaar, aku sudah lumayan bisa membagi waktu. Poster tim bisnisku tercetak dengan hasil memuaskan. Begitu pula dalam penjelasan proyek kelompok kami, lisanku cukup lancar untuk berbicara.

April.

Belajar melancarkan setir bersama seseorang yang kusayang. Yang biasanya kusetir hatinya dengan puisi-puisi karanganku. 2 minggu lalu dia menyempatkan waktu untuk mengajariku menyetir. Syukurlah, bahkan karenanya aku sanggup membawa mobil dari Jogja ke Magelang tanpa henti! Cukup frontal untuk pembelajar sepertiku. Dengan kehadirannya membuatku tenang dan jalan terus. Barulah sebelum masuk gerbang Borobudur, kami bertukar tempat.

April. Semoga 5 hari ke depan juga menyenangkan. Amin.

Ria R. Ramadan

13 Apr 2012

Cakap Senja

Kamu ksatria Bintang dan aku putri Bulan. Sedangkan malam, adalah cinta kita. Yang memerlukan kita berdua untuk menghiasinya.

Bintang tak pernah tahu bahwa Bulan slalu ingin bersamanya, menjaga dan merawat Bintang. Dan Bulan tak pernah bisa untuk melakukan itu.

Bulan hanya bisa nampak sepotong-sepotong. Hanya ada tiga malam dimana bulan benar-benar utuh menemani Bintang. Bahkan Bulan akan menghilang pada beberapa malam, karena dia tak mau mengganggu keindahan Bintang. Walau mendung, kilau Bintang tetap bisa terlihat setelah awan mendung lewat. Berbeda dengan Bulan yang punya hari terlarang menampakkan diri di langit malam.

Bagi orang awam, mungkin Bulan nampak lebih cantik daripada Bintang. Tapi sedikit yang sadar kalau pesona Bulan baru benar-benar muncul pada tiga malam utama, di pertengahan bulan. Yaitu di saat bulan purnama.

"Dan aku tetap mendampingimu menemani malam terindah itu." sahutmu.

Iya, kamu yang selalu ada di sana. Setiap malam.

---
Ria R. Ramadan
teruntuk Ady Putra Kurniawan

13.04.2012
menyambut kedatangan malam.

Treasure Hunting

"People come and go in our lives, but our family are always there." --Catherine Pulsifer

Hari pertama, Kehangatan di Ufuk Senja

4 jam sudah aku berada di Bandara Internasional Adisucipto sampai akhirnya "diusir" meninggalkan kota Jogja. Burung besi siap menggendong kami menuju Bengkulu. Setelah singgah di Jakarta selama kurang lebih 2 jam dengan maskapai Singa Kesiangan (yg waktu itu -alhamdulillah-bangun pagi), kami menikmati kembali suasana awan putih dan langit membiru. Akhirnya, pukul 2 siang kami tiba di Bengkulu.
Athar, Bude Ida, Ama, Bude Parti @Adisutjipto


Mie n Bude Parti @Soekarno-Hatta

Mba Oka n Mba Marvi @Soekarno-Hatta




Arrival Hall @Fatmawati Soekarno
Keheranan menyapaku begitu sampai di Bandara Nasional Bengkulu. Padatnya aktivitas penerbangan menghilang. Hanya ada satu pesawat yang terparkir di lapangan yang cukup luas. Bahkan bandaranya pun lebih kurang seperti salah satu kantor pemasaran di kota asalku. Mentari juga bersinar cukup terik siang itu.

Syukurlah, kecil dan sedikitnya aktivitas penerbangan justru memudahkan kami dalam penungguan bagasi. Bagasi cepat dan mudah dikenali. Keluar dari bandara, kami pun langsung disambut generasi kedua Pakde Wasool yang semuanya datang menjemput, masing-masing dengan satu mobil.

Mbak Refi, Mbak Dina, Mbak Desi, dan Mas Hendri mengantarkan kami menuju kediaman ayah mereka. Sampai di tempat, sapaan yang pertama datang justru dari rombongan kloter Jakarta yang berangkat lebih awal.


Sore itu dihabiskan untuk menyamankan diri dengan naungan baru, mengobrol dalam suasana yang baru, bertukar kabar dan bergembira dalam games dan lelucon ngawur. Sampai akhirnya masing-masing capek sendiri dan kelipuk atau mengundurkan diri.



Treasure Hunting :)


The bond that links your true family is not one of blood, but of respect and joy in each other's life.
- Richard Bach

Hari Kedua, Mesin Waktu yang Tak Lagi Berdetak

Bangun tidur pertama di kota Tabot ini selayak bangun di saat lebaran. Langsung mendengar obrolan para om, tante, pakde, bude, mbak, mas. Karena jumlah penghuni bertambah nyaris 3x lipat, 4 kamar mandi yang ada terpaksa harus bersabar untuk mendengar guyuran air berturut-turut. Dan kami, harus sabar mengantre.

Rencana awal jam 8 akhirnya juga baru berangkat jam setengah 10. Karena jadwal yang ibuku buat terlalu pagi menurut mbak Dina, yang menjadi tuan rumah. Bahkan tempat yang akan kami kunjungi baru buka pukul 9 pagi. Tahukah tempat apa itu?

Jejak pertama kami adalah menuju kediaman almarhum presiden Soekarno. Bisa dibilang rumah ini merupakan "rumah dinas" beliau sewaktu diasingkan oleh Belanda. Rumah ini pun "diawetkan" dan dijadikan museum untuk melindungi barang-barang milik Bung Karno. Sayangnya, dana perawatan museum yang berasal dari APBD sangatlah minim. Sehingga banyak cacat dan kerusakan yang belum sempat diperbaiki. Tapi saya salut, barang-barang milik beliau masih awet, bahkan sepeda onthel yang pada masa produktifnya dipakai bersama ibu Fatmawati, nampaknya masih kuat untuk ditunggangi. Sayangnya Kumbang itu sudah dibingkai kaca.

Dari rumah Soekarno, kami menuju ke Monumen Hamilton yang sudah direnovasi. Tapi sebelumnya, ibuku yang photo-addicted meminta berhenti di monumen Thomas Parr yang penampilannya sudah tak cantik lagi. Lumut dan Jamur santai bersandar dominan di satu sudut. Sarang laba-laba pun sudah riang bergelantung di sana sini. Yah, setelah mendengar cerita petugas rumah Bung Karno tadi, aku tak heran jika monumen ini tak bisa lagi dikategorikan bangunan heritage. Biaya perawatan APBD Bengkulu minim!

Lalu bagaimana dengan kondisi monumen Hamilton yang jadi destinasi kami berikutnya? Jujur saja, melihat bentuknya sekarang, aku ragu bahwa ini sebuah monumen penanda sejarah. Bentuknya sudah direnovasi dan lebih terlihat seperti Namsan Tower yang setengah niat. Kalau dilihat dari desain renovasinya yang ditempel di gerbangnya, gubahan massa monumen itu nampak seperti bunga Rafflesia yang memang khas Bengkulu. Tapi harus dilihat dari helikopter dulu, baru ngerti.

Setelah kecewa yang agak berat terhadap dua monumen barusan, kami beranjak menuju Benteng Marlborough. Dari Monumen Hamilton, atas inisiatif mas Adi kami melewati rute kampung pecinan Bengkulu untuk menuju ke Benteng Marlborough atau Fort Marlborough. Ada sesuatu yang unik di sini. Bukan kampung pecinan dengan sisa-sisa lampionnya, melainkan sebuah gapura merah dengan atap pagoda dan dua buah naga di kedua sisinya. Pintu gapura ini tepat berada di pertigaan yang merupakan batas kampung pecinan dan depan pintu gerbang Fort Marlborough. Seakan gerbang ini ingin memperjelas akhir cerita kampung pecinan setelah akhirnya Belanda memasuki kawasan mereka dan mendirikan benteng tersebut.

Akhirnya, puncak perjalanan kali ini adalah di Benteng Marlborough. Di sini, bersemayam 3 makam orang Inggris yang salah satunya adalah jendral (maaf saya lupa). Dulunya ini adalah benteng pertahanan dari serangan maritim. Lalu sekarang beralih fungsi menjadi museum, sama seperti rumah Soekarno. Keadaan di sini juga agak tidak terawat, tapi masih lebih mending daripada monumen Thomas Parr. Lumut terdapat di beberapa sudut. Lantainya, saya tak bisa bedakan mana yang warna asli, yang cat hitamkah atau yang beton saja? Tapi keadaan udara di dalam sini cukup  nyaman. Selain banyak ventilasi samping, ternyata di bagian atapnya pun terdapat chimney yang membuang udara panas.

Oya, jalur sirkulasi di sini ada dua, pertama tangga yang sangat sempit, hanya sekitar 60 cm saja, dan sebuah ramps yang cukup lebar namun curam. Mengutip salah seorang guide yang sedang menjelaskan kepada sepasang newlywed dan seorang kakek, ramps yang sangat curam itu dipakai untuk mendorong kereta-kereta meriam ke atas. Yah wajar sih, orang Belanda kan gede gede badannya, kuat lah ya. Oh ya, di setiap podium benteng terdapat cincin besi besar yang fungsinya untuk mengikat tali di depan meriam. Jadi, meriamnya tidak cuma didorong dari bawah, tapi juga dibantu tarikan di atasnya. Oh ya, benteng ini punya view yang super bagus ke arah laut. Makanya di sini malah banyakan foto-foto daripada dengerin guide nya. Parah nih.

Udah deh, abis itu tinggal main-main ke pantai. Trus pulangnya kita dapet musibah mati lampu setelah sempat mati air. Yang akhirnya kaya ikan asin dijemur dan lampu baru nyala jam 10 malem. Fuuh.

12 Apr 2012

Crystal Eye

To be with you
All the things I would do

Tell me please
Do you ever mind to love me?
No words, no sentences
But my eyes would not release
What should I do to make you move?
Move! Move to me please!

The codes I gave to you
And times interacted with you
Make this heart blooms, grows,
filling the emptiness in myself


More greetings I do
More chances to you
'Til the day you say
"I'm ready for you."

May I say,
"And I'm ready to
Die in the crystal eye."?

---
Rimie Ramadan
12.04.2012

a special gift for my bestie, Eka, hope you glad with it.
that's the "code" if you know what i mean. :D

11 Apr 2012

Kurir Hati

Selipkan rindu di ketiak malam agar bintang membisikkannya pada rembulan. Dengan sinarnya yang lembut dan merayu, coba sampaikan pesan kepada hati yang membeku agar ia mencair. Hanyut dalam tenteram cinta.

Setiap kata coba terkuak. Dalam bisik sunyi lembar taklimat. Guratan pena mengukir dan tak akan habis yang ditulis meski awalnya tak tahu harus dimulai dari mana.

4 Apr 2012

Ketika Pejalan Kaki Tak Dihiraukan

Tingtung! Sebuah pesan masuk di ponsel anggurku sore itu. Dengan wajah yang masih rusuh aku membuka kelopak mata. Memaksa retina yang masih merah untuk membaca tiga kata, "kumpul di kampus." Apalah itu, aku tak mengindahkannya. Karena lelah, aku tertidur lagi.
---

Inilah aku akhir-akhir ini. Meski banyak deadline siap menerkam, tapi aku lebih memilih untuk mengerjakan di kos atau tempat dimana aku berada. Ya, akhir-akhir ini aku merasa lelah berjalan. Bukan menjalani waktu dan kegiatan yang bertumpuk, tapi lebih kepada berjalan di atas kakiku sendiri. Denotatif.

Awal pindah, aku merasa kampus dan kosku sekarang sangat dekat. Berjalan kaki pun hanya butuh waktu 15 menit. Maka aku memutuskan berjalan kaki setelah sepedaku lama tercuri dan tak kembali. Hanya sedikit teman-teman kampusku yang tahu kosan tempatku tinggal. Beberapa teman yang baru pertama kali mengantarku atau mendengar alamatku akan bilang, "Wah, jauh ya? Kamu kalau ke kampus naik apa?" dan ketika kujawab, "jalan kaki." Mereka seperti terkesiap. Entah iba atau kagum.

Whatever. Tapi itulah kenyataannya.

Makanya, aku sering merasa kesal dengan janji-janji yang tidak pasti atau malah mendadak. Ya, seperti prolog di atas. Pukul 2 siang aku baru sampai di kos, berbenah dan rehat sejenak. Tiba-tiba sebuah sms datang 1 jam kemudian. Menyuruhku untuk kembali ke kampus sementara aku sedang menyamankan tubuh terutama kaki yang baru saja bekerja.

Dan janji-janji yang tak pasti itu terkadang lebih menyiksa. Apalagi kalau tempatnya nanggung dari lokasi kuberada. Kadang janji jam 3, kutunggu sampai jam 4 lebih gak datang-datang. Lalu ketika kuputuskan untuk meninggalkan tempat, ybs mengirim sms tiga huruf, "OTW"

Belum lagi masalah penyebrangan. Pejalan kaki selalu menjadi prioritas terakhir yang seakan-akan kotoran di mata. Kalau berjalan lamban diteriaki, kalau berjalan cepat malah dibilang kaya kesetanan. Fuh!

Kalau di post 9gag, aku akan sering memakai emoticon profesor yang bilang "I don't wanna live on this planet anymore." Andaikan ada sayap portable atau mesin jet mini, aku pengen deh. Aku gak dibolehin naik motor, mobil juga masih belajar. Dan sejujurnya aku ini penganut Greenism, jadi pengennya ga pake kendaraan bermotor.

Tapi kesadaran lingkungan di Indonesia baru sekedar penanaman pohon dan kebun. Sedangkan untuk peduli terhadap kaum non-engined masih sangat rendah. Zebra Cross aja masih sering dibuat parkir. Gak peduli yang nyebrang nenek-nenek atau anak muda, ga ada yang mau nolongin. Eh, ada ding. Seorang mbak yang sempet bikin salut 1 mobil pas rombongan anak Jakarta pada main ke Jogja. Beliau menolong seorang nenek menyebrang bahkan sampai tak peduli motornya menyala di tengah jalan dan lampu telah hijau. Salut!

1 Apr 2012

H-1 Display Studio Tematik.

Entah apa rezeki atau ujian yang Dia coba limpahkan padaku. Di saat deadline mulai mendekat, dia memberiku kesempatan untuk dunia baru bernama bisnis. Tak tanggung-tanggung 2 tawaran sekaligus. Dua-duanya menjadi Product Designer atau Creative Designer. Inilah jalan baru bagiku untuk merambah dunia.

Sedikit sensitif akhir-akhir ini, kuakui aku agak emosi dan berubah. Sedikit banyak sudah 'terintip' oleh sekitarku. Dua hari-malam yang cerah berlalu begitu saja, tergantikan dua hari-malam yang penuh gumpalan kelabu dan rintik yang menerus. Hujan di kotaku.

Maaf, maaf, maaf. Bagi semua yang merasa kelabu itu hanyut dalam raut hariku. Semua terkumpul menggumpal dan menyatu. Aku suka langit, aku suka hujan. Dan mereka obat terindah bagi semua perasaan yang mengganjal.

Yogya, 01 April 2012
Selamat ulang tahun, Cantik!