18 Des 2018

Kau-Tahu-Siapa

Baiklah. Mungkin belum cukup, atau mungkin kau lupa.
Apa yang kau perbuat terhadapku. Dan wanita itu.
Sudah cukup kuenyahkan kau, lalu wanita itu menyerangku.
Wanitamu.
Wanita yang terserah kaujadikan apa ia, ku tak peduli.
Yang kuharap kalian saling bahagia.
Tapi lagi, jejakmu berbalik. Bersampul resmi, berkedok profesi.
Tak cukupkah?
Tak cukupkah kaurogoh kocek dari ibuku untuk bisnismu?
Tak cukupkah kaubiarkan istrimu menyeramahiku hanya karena kucing?
Muak aku. Tak lagi bersisa jejak baik darimu.

31 Okt 2018

A Little Throw Back Anger

Somehow, yeah somehow, I threw back while hearing the song.
But somehow, it brought a different feeling on me.

You know, he was the only boyfriend i had. And when I end it up, I give it all to him. I sincerely pray for him to meet a destined beauty that match him. He found not long after, meanwhile I keep myself single. I was happy, sincerely. Yes, to be honest even before we started dating, I have a brotherly friendship with him. And it lasts when we end it.

And that day comes, the wife (yes, legal wife) suddenly messaged me. Just because i repost the news about M* the cat died. I was angry, because I assumed it as my baby. And in fact, I also invested money on buying it. Super angry, she never know and he never tell her as well about the investment. Meanwhile I didn't know what should i do. I was fucked up.

I know she was jealous. But I hate it if I was even forbidden to show it. I hate them both right now. But since I was a masochist, i did nothing.

"Bahagiamu semoga menjadi bahagiaku.."

Sorry bunda Helvy if i ruined this beautiful song. But what if the released happiness suddenly become hate?

-R-

27 Sep 2018

Postingan ke 200

Selamat sudah sampai posting ke dua ratus.
Bukan saya tipikal orang merayakan sesuatu, kecuali dengan keparadoksan.

Saya merayakan dalam kesedihan. Saya merayakan dalam kehilangan. Saya merayakan dalam kekosongan. Saya dan semua yang saya lukai.

Rasanya stok keberuntungan saya sudah lagi habis. Tidak tersisa.

Ini kantor pertamaku. Ini pekerjaan resmi pertama yang kupunya. Yang bukan dengan bantuan siapa-siapa kecuali keinginanku sendiri. Tetapi, giliran aku deal pertama, kenapa bertepatan semua manager di lay off kan?

Aku tidak tahan lagi. Aku ingin pindah.

Di saat bersamaan, Om Ikhsan jatuh sakit. Hatiku sedikit terseret ke Omah Teko. Belumlah beres hati tergerus, ada lagi cobaan. Tapi jika kupandang dari sudut lain, seperti Allah memberiku tanda. Aku dipersilakan memilih. Kembali ke Jogja atau stay di Jabodetabek. Aku, inginnya kembali. Tapi babeh menghendaki cpns. -_-

27 Agu 2018

Meneguk Kesabaran

Aku tak tahu berkat apa aku menulis judul demikian. Aku terkurung lagi dalam kerendahdirian. Aku apa, aku siapa. Aku, benarkah aku berdiri di tempat semestinya? Huft.

Aku ga mau menyesal. Aku ga mau mengeluh. Tapi kenapa makin hari makin sesak?
Haruskah kembali ke sisi yang asri?

aku ingin hilang, aku penat, aku tak lagi bersemangat.


-R

20 Jul 2018

Cita-cita Sederhana

Dulu sekali, aku punya sebuah cita-cita. Cita-cita yang dulu aku pikir itu sederhana tapi sulit. Dalam artian parameternya tidak pasti. Cita-cita itu adalah "mengukir sebuah senyuman di wajah kedua orangtuaku, dan adikku."

Senyuman bukan sembarang senyuman. Jika senyum saja adalah hal yang bisa dan biasa mereka lakukan kapan saja, dimana saja, kepada siapa saja. Tapi yang aku ingin ukirkan pada mereka ialah senyuman bangga atas sebuah prestasi yang kumiliki. Berhubung kuliahku dilanda banyak masalah, jadi kupikir kelulusanku bukanlah sesuatu yang membanggakan buat mereka. Aku tahu, senyum mereka saat itu ialah senyum "lega" ketimbang "bangga". Ngerti kan maksudku?

Namun di hari ini, beberapa menit yang lalu, aku seperti mendapatkannya. Senyuman bangga itu. Hanya karena seporsi Nachos yang kubeli. Antara sengaja dan tidak sengaja sih belinya. Tapi, aku seperti bersyukur sekali aku membelinya, hanya karena Mama bilang, "Wah, aku seneng ini! Makanan darimana tuh? Itali ya?"dengan mata berbinar meskipun tebakannya tidak benar :P

Babeh pun juga. Dia menyukai green tea latte Dum dum yang kubawa. Well, sebetulnya aku harus berterimakasih sama Nisa, adikku. Karena dia yang nyuruh aku mampir beli Dum dum. And i bought one for each of us! So there i was holding four glass of Dum dum and looking for snacks to take away. Awalnya mau Yoshinoya, tapi ga ada yang lauk doang dan ngenyangin. Lalu aku beralih, kok pengen asin2 yaa. Dan berkat mbak waitress yang bagiin flier buy1get1, mampirlah daku ke Carl's Jr. And I'm not disappointed!

Ini pertama kalinya aku agak mellow denger mama bilang hal sepele. Hahahaa.. Yaa, doakan saja ya Ma, anakmu ini bisa membawa kebahagiaan yang lain dan mengukir kembali senyum itu. Amiin..

RRR, 20 Juli 2018

10 Mei 2018

Sepertinya postingan blog saya memang semua tentang hati. Tentang melancholia.

Kali ini saya dipertemukan dengan seseorang yang dikenalkan kepada saya. Tidak seperti manusia manusia sebelumnya, ia menyentak saya. Satu pernyataan yang awalnya abu-abu, tapi ia mendeskripsikannya seakan membaca apa yang sudah saya tutupi. Dia membaca kepribadian saya, dan boom! Saya tertampar.

Sudah itu saja. Tak ingin terlalu banyak. Saya naif dan polos. Terimakasih.

25 Feb 2018

Stain beyond the Curtain

Bantar gebang, i should say.

It already skipped two years, Mi. Your ideal age for marriage. And what made it worse, this year your close friends are holding their marriage. Now I get why happiness cannot spread in the same amount. You cannot make everyone happy. Behind those white curtains, natural fragrant of flowers, people like me tried so hard to hold this stain. To hide behind the shades. A feeling of kinda left behind.

Rim. Shabr. Ikhlas. Tawakkal.

But sometimes i wanna give up this lonely feeling. Huft.

21 Jan 2018

Bertumbuh

Manusia dan makhluk hidup tak bisa mengelak dari perubahan. 'Berubah' adalah kata induk yang anakannya bisa menjadi banyak hal: Berkembang, Bertumbuh, Berpindah, Berbeda.

Aku bingung dan tak paham. Semakin dewasa, justru makin tak paham. Banyak sekali hal yang mengubah cara pandang terhadap sesuatu.

Terpengaruh, mungkin kata sifat yang sesuai untuk bumbu perubahan. Tergantung seberapa dosisnya, maka kau akan makin larut kepadanya.

Aku. Sekitarku.

Dua hal yang saling melarut.

Bedanya, unsur pertama cukup stabil. Unsur kedualah yang dominan.

Begitupun cara pandang terhadap sebuah hubungan. Well, aku memang lahir dan besar di keluarga yang cukup. Cukup terpandang, cukup harta, cukup didikan agama. Yang notabene membuatku selalu menjaga diri. Tapi sayangnya, mereka belum cukup membekaliku.

Sejak SMP, aku mulai bosan dengan keadaan. Aku memutuskan sekolah SMA berasrama di luar kota. Tidak banyak yang buatku berubah. Perkuliahanlah yang sempat buatku jatuh terpuruk dan mengubah pola pikirku.

Saat itu aku takut bicara, aku ragu ada yang mau mendengar. Akhirnya aku mengurung diri dan menelan sakit sendiri. Hingga aku beranikan diri untuk pacaran. Bahkan sempat sentuhan bibir. Aku bukan seperti aku. Aku berubah, aku mengesampingkan agama. Imanku goyah meski hijab tetap di kepala. Aku merasa nista, tapi bahagia. Kenapa bahagia?

Karena ada yang mendengarku, itu cukup. Ada yang berdiri menunggu meski kadang tak berarti solusi. Ada pundak dan tangan yang siap berjaga kala aku jatuh. Rasa itu, rasa bahwa aku dihargai. Sampai saatnya ia harus pergi.

Lagi, aku berubah. Aku mau kembali ke diriku yang menjaga diri. Aku ingin murni, tapi itu takkan mungkin. Hingga kadang aku berpikir sinis, apakah benar ada cinta yang murni? Yang semata tertuju untuk perbaikan nurani? Kadang aku hendak tertawa pada masa polos dulu. Cita-cita untuk menikah dengan orang yang belum kukenal sama sekali. It's impossible!

But hey, it is now happened to my friend! Lalu aku kembali bertanya, apa mereka yakin? apa yang mereka yakini hingga akhirnya mantap menyerahkan hidup barunya, setengah agamanya, anak cucunya kelak, rumah tangganya, kepada orang tersebut? Aku sudah tahu jawabannya, akan tetapi, akibat sempat kelabu, aku ragu. Bukan, bukan sebenar-benar ragu, tapi kan pasti ada faktor lain selain Allah yang membuat mereka yakin? Nah faktor apa yang mereka yakini sedang aku belum mampu seyakin mereka untuk memilih jalan ini lagi? Sedang dulu aku pernah mantap untuk menggapainya.

Aku ragu, apakah aku bertumbuh, atau justru mengering layu.

Lelah

Kau terbiasa menyendiri
Marah pun sendiri
Di saat yang lain berkumpul
Kau berkemul
Dalam kamar terkurung

Bagaimana aku tahu
Kapan sedihmu
Kecewamu
Sukamu

Terlebih
ada waktu yang hilang
yang tak kutahu kau alami
sidang terberat dalam hidupmu

Kini
Kau luapkan semua
Emosi
Dalam setiap media

Kau meraung
Mengumbar pada dunia
Emosi yang seharusnya
Kau tutup rapat
Kau bicarakan baik-baik

Menyebar aib dan cela
Bahkan aibmu sendiri
Menjadi figur terbuka
dengan cara yang keliru

Lagi
Kauperdebatkan agama
Kau remehkan
dengan dalih belum waktunya

Siapa yang tahu akan waktu?
Siapa yang menilai kepantasan?
Pantas itu ada pada diri kita sendiri
Pantas itu berawal dari mata siapa yang kita
inginkan memandang kita

Orang sekitar hanya menjadi pengingat
Hanya mata tertinggi yang berhak menilai
Dia yang sejatiNya pemilik dirimu dari ujung rambut hingga kaki
dari jasadmu, ruhmu, nuranimu

--
Entah kapan dan dimana

11 Jan 2018

White Canvas

is not always
white


I'm not sure what I have to write
Again, I'm wondering if
any idea could fly into this bundle of cellulose

I was rereading my own fiction
Which I had created seven years ago
When I was blinded and just moved within times
But nothing was prepared for the future

There I'd been living in the present
Now I'm taking my reward--late for work chances

Knowing my Toastmasters allies
They are all bright persons
I'm feeling down
They've reached what they wanted
in such a young age

I'm fixing myself
Tempted to get my own business
But seeing them.. uff

Should have been motivated
Yet I am feeling more down

But then
Here in my workplace
I found persons which needs an elevator
to lift them up
to gain knowledge
Though they also have superiority

I am jealous
Even my little sister hates me often
I feel unaccepted
But I want to reach a meaning
for my life in this world
despite the one main order from Allah

---

Now I feel a bit better after writing it.
Since it's been very long to write something like this publicly
And I wanna gain my courage to let this burden go
I wanna be in a positive charge again. Tho still much to go.


Rimie or Ria, whatever.
Loista, 11 Jan 2018

4 Jan 2018

Tentang Hatta

Hatta lalu bertanya padaku, "Apa yang buatmu lebih bahagia selain keberadaanku di hadapmu?" Akan kujawab, "Semesta pun tahu. Sempurna bahagiaku adalah melihatmu memeluk ibumu di waktu fajar." Agnia kepada Hatta.

"Oh tidak, Agnia. Kumohon selain itu." Hatta terhenti. Wajah dan kepalanya tertekuk. "Jika kaumintakan padaku untuk berlibur ke Hawaii, akan kupenuhi. Tapi tidak untuk satu itu."

Memang berat baginya, kutahu. Sementara sang ibu mengais-ngais kedatangan anaknya, ia sendiri yang menanam kebencian di dalam diri Hatta.

Limit of Uncertainty

Hello. 2017 been unpredictable. I went through a new world called career. And roller coaster of society. And here we're arrived at the 4th day of 2018. Not a too late to say Happy New Year, eh?

New Year. Hey Self, do u expect for a new one? Well my own resolution this year is just be healthy, quickly adjusting to what i'm doing, and find a new name to be kept in Allah's hand. That's it.

A year of uncertain feeling has passed, leaving me with a degradation of pink world. I don't wanna think seriously about love right now. Kind of bored and tired. Meanwhile Mom is in the other side of mine. She's greedily matchmaking me with many people. Which I told her already that I'm tired. Give me a space, please!

I conclude all those guilty year of love by one decision. Now, if I interested in someone, simply spell his name when praying. If he's not then bye.

Ok now I lost my words. See ya next time.