26 Jul 2010

Sepenggal Tentang Sahabat

Tak lepas dari sesuatu yang selalu kubanggakan, Lantoe United, mempunyai karakter khas yang unik-unik. Sementara waktu dan lingkungan mengubah kami sedikit-sedikit. Ya, semua itu terasa. Dua hari ini, dimana kami mengadakan reuni kecil-kecilan.

Satu yang tidak berubah. Sikap anak-anak lain (terutama cowo) kepada Farisi. Seseorang dengan karakter sabar, tapi eksplosif, ceria dan hobi tidur, dan tipe yang suka ngomong. Dulu dia dikenal terjayus, terpuitis (bareng aku), dan teraneh. Anak-anak sering ngomongin dia di belakang, tanpa dia tahu. Dan dua hari ini, aku lihat sikap mereka masih begitu. Mereka mengacuhkan Farisi seakan ia hanyalah angin yang berhembus. Seperti tak ada topik yang bisa mereka bahas bersama. Seperti Farisi adalah alien dari planet Pluto yang ternyata bahkan bukan planet. Tapi Farisi selalu bilang "Aduh, sumpah indah banget ya kita ngumpul lagi kaya gini. Walaupun cuma dikit, tapi udah lama kita gak ngobrol kaya gini. Bisa ngeliat satu sama lain. Dengan perubahan karakter masing-masing."

Karakter lain yang sangat kuat terpatri dalam benakku adalah Bagus. Satu yang tak berubah darinya. Sesuatu yang amat dan satu-satunya kusuka adalah wajahnya ketika tersenyum tulus. Aku senang jika ia tersenyum seperti itu. Tapi sifat jeleknya dialah sang provokator dan bintang. Begitulah karakternya yang sedari umur lima tahun tak pernah berubah.

Di hari pertama, ada sahabat yang sangat feminin. Figur anak yang berbakti pada orang tua. Sasha namanya. Bisa dibilang dia tempat curhat yang paling enak. Keibuan dan ramah. Dan sebaliknya, dia sering juga curhat ke aku. Dia orang yang gak pernah membalas kata-kata ejekan yang dilayangkan padanya, begitu kata Farisi tadi. Sasha sendiri bilang, "Gue satu-satunya anak Lantoe yang gak pernah ngejelekin Farisi. Gue yang paling baek sama dia. Tapi ngetawain sih pernah." Tapi hari ini dia gak ikut karena gantiin ibunya nganter catering. Sungguh anak yang berbakti.

Mungkin itu dulu, sisanya di chapter lain ya!!

Uwaah stress diriku!!

nyobain quiz parampaa sialan itu..
tapi emang mainan itu ngasah otak banget.. lebih ke otak kanan sih.. kurasa..

By the way, udah 3 minggu aku di rumah. Dan besok aku balik lagi ke Ngayogyakarto Hadiningrat. Berarti hari ini aku udah mesti packing. Karena besok pesawat takeoff jam 10. berangkat dr rumah jm 8. Whew..

Di hari yang Insya Allah cerah terus ini, aku janjian dengan sobat Lantoe untuk ngumpul2 dan nonton film bareng. Aku yang koordinir kebetulan. Haah.. senangnya.. berapa pun yang ngumpul aku mau sekalian pamitan. Hehe. Kemarin sih yang pas di halte 8/16.. penasaran nanti yang ngumpul berapa.. semoga lebih banyak lagi.. :)

7 Jul 2010

Arti sebuah nama 070710-20:27

Apalah arti sebuah nama jika itu hanya sebagai panggilan atau julukan nakal. Apalah arti sebuah nama bila nama itu tidak disengaja atau karena minim pengetahuan, digunakan sebagai nama asli. Apalah itu namanya, kalau bingung memilih nama.

Sebenarnya, nama adalah sesuatu yag mengandung doa. Maka ia harus mempunyai arti yang baik, secara harfiah maupun filosofis. Tidak berarti nama harus memakai bahasa arab bukan? Salah salah, malah artinya tidak sesuai dengan harapan. Bahasa sansekerta, atau cina pun boleh, asal baik maknanya.

Aku menuliskan ide di kepalaku ini, karena tertarik oleh kawanku yang memanggilku dengan berbagai macam panggilan. Ada yang sebut aku Ria, Riri, Rara, Rama/Rahma, Rimie, RR, RRR, bahkan ada yang jahil manggil aku Wati. Dan mereka punya alasan sendiri-sendiri untuk menjulukiku.

Nama asli nan lengkapku adalah Ria Rahmawati Ramadan. Di dalamnya terdapat doa agar aku selalu gembira, bahagia, dan selalu menyayangi makhluk Allah swt. Serta tanda bahwa aku lahir di bulan Ramadan.

Dari lahir aku dipanggil Ria. Hanya sejak kelas 6 SD, ada yang iseng memanggilku Rpangkat3, atau 3R, atau Triple R. Yah, itu pun hanya kadang-kadang saja. Dan alhamdulillah, bagiku itu lebih baik daripada mereka menyebut nama ortuku atau hewan berkaki empat dan sebangsa primata.

Lalu nama panggilan itu berubah, menjadi Riri. Label ini kupakai waktu SMA. Karena saat itu ada juga temanku yang dipanggil Ria dan kebetulan teman sekamarku yang pertama kujumpai. Nama Riri ini dibuat secara tak sengaja oleh Lita, teman sekamarku yang kebingungan membedakan memanggil kami. Karena satu kamar berempat.

Nah, di akhir-akhir SMA aku bingung nanti pas kuliah mau dipanggil apa. Akhirnya dengan sendirinya bermunculanlah panggilan-panggilanku. Ada yang tetap memanggil Ria, ada yang Riri, ada yang RR, ada yang RRR, Triple R, bahkan ada yang manggil aku Rama. Yah, prinsipku selama itu masih namaku, tak apalah.

Hey, ada lagi satu nama yang kubuat sendiri. Yaitu Rimie. Aku selalu bilang pada teman-teman kalau ini nama penaku. Tapi hanya satu orang yang selalu memanggil begitu. Namanya Dian Mentari.

Hemm.. mungkin sekian dulu isi otakku kutumpahkan. Ada hal lain yang harus kulakukan. Daaahh!!

4 Jul 2010

Kampung Naga Stories 020710-21:16

Selasa kemarin, tepatnya tanggal 29 Juni 2009, aku dan teman-teman Arsitektur UGM 2009 mengikuti suatu kuliah lapangan ke daerah Jawa Barat. Kuliah ini merupakan agenda yang digeser, karena rencana pak Ismu, sang dosen, ingin mengadakan ini sebelum Ujian Akhir Semester. Namun karena di saat yang sama kami sibuk oleh tugas besar, maka kuliah ini mengisi sebagian liburan kami.
Tujuan kami ada tiga lokasi. Yang ketiganya terletak di propinsi Jawa Barat. Mengapa dipilih propinsi Jawa Barat? Karena perkiraan ongkos yang cukup murah tentunya tanpa perlu menyebrang pulau. Kalau di Yogya saja, mungkin kami sudah bosan. Lagipula tiga tempat yang kami tuju tepat sempurna untuk menggambarkan tiga periode arsitektur di jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Perhentian pertama kami setelah 10 jam perjalanan kira-kira, adalah Kampung Naga. Sebuah kampung yang sangat unik dan sangat vernakular. Kampung ini disebut Kampung Naga karena terletak di (dalam) kepungan tebing (nagawir dalam bahasa sunda) tinggi nan curam. Maka itu namanya disingkat menjadi Kampung Naga. Untuk melewati tebing itu, tak ada jalan lain kecuali mengikuti tangga menurun menuju ke pemukiman warga. Di bawah kita akan menjumpai suatu pemukiman yang terdiri dari 113 bangunan. 110 adalah rumah warga dan 3 adalah ruang publik antara lain masjid, balai patamon, dan leuit a.k.a. lumbung padi. Pekerjaan utama warga Kampung Naga adalah bertani, Maka tak heran bila mereka menyendirikan tempat penyimpanan padi (leuit). Sedangkan pekerjaan sampingannya adalah membuat kerajinan tangan baik dari kayu maupun anyaman bambu.
Tak ada yang tahu sejarah berdirinya kampung tersebut karena satu-satunya dokumen itu telah habis terbakar. Warga Kampung Naga sangat menjaga keasrian alamnya karena filosofi hidupnya adalah ‘Masyarakat Sunda hidup dalam kesederhanaan’, maka salah satu caranya adalah dengan membuat aturan Hutan Larangan dan Hutan Keramat.
Hutan Larangan adalah hutan yang terletak di sebelah timur di seberang sungai. Dimana semua orang, tak terkecuali Pak Kuncen dan warga kampung sendiri, tidak boleh masuk. Karena dikhawatirkan akan ada pohon yang ditebang dan merusak ekosistem yang ada.
Hutan Keramat adalah hutan yang terletak di sebelah barat. Hutan ini hanya dikunjungi 6 kali dalam setahun saat ziarah kubur. Di dalam hutan keramat ini terdapat kuburan/makam leluhur Kampung Naga. Di situlah mereka akan melakukan prosesi ziarah kubur yang dilakukan pada bulan Muharram, Rabiul Awal, Jumadil Tsani, Rajab, Syawal, Dzulhijjah.
(masih bersambung)