15 Agu 2016

Debar dan Ke-random-an Pra wisuda

Hanya seminggu, sekejap lagi. Semua resmi selesai.

Dan harus mulai lagi.

Curi start? Kucoba. Tapi memang berat bila pekerjaan yang diambil tak sesuai gairah (passion, rim.) Terlebih jika telah tersepakati. 

Apa yang kamu mau? Apa yang kamu butuhkan? Apa yang kamu anut?

Lama tak baca buku, otak koma.

Sekarang, preparing tiga hal sekaligus; pembukaan kembali Omah Teko guest house, Middy Architecture, kuliner Ayam Panas. 

Malah kadang jadi bingung sendiri. 

Aku bagai bendungan bocor. Mengalir deras, menelusur berbagai kemungkinan untuk jatuh dan memecah, hanya untuk menuju satu samudera. Berawal dari sesuatu yang ditahan dan dijaga untuk waktu yang lama.
Bagai kepompong yang mengelupas. Memamerkan kemolekan sayap dan kebolehannya untuk menjelajah intra-atmosfer bumi.

Aku berpendar. Jika bukan kerana surya-Nya, aku tak pernah berkelip. Tak akan membercak kesan pada hati insan. Aku coba berbagi, dan berterimakasih dengan caraku. Dengan pendar ini.

Rimie. Mi, apalagi sih yang kamu cari? jika semua kenyamanan ini pun kamu persalahkan? jika semua hal yang ingin kaucoba terhalang bayangan seram? Kamu dilanda krisis ya?

Mi, coba lihat ke cermin. Periksa dulu, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Terawang ke dalam otak dan juga hati. Apakah keduanya tertaut? Bagaimana lengan dan kakimu? Kemana meraih? Kemana melangkah?

Saat yang lain telah teguh berdiri, menandai tempatnya. Aku baru akan melangkah, menjelajah. Tapi bukan berarti aku kalah. Amerigo Vespucci, Christopher Columbus, Muhammad SAW dan Ibnu Batuttah tidak berangkat dalam waktu yang sama. Namun ada benua yang sama mereka pernah singgahi, ada pula yang mungkin terlewat. 
Yup, setiap nahkoda punya kapal dan awak sendiri. Juga rute masing-masing. Kamu terlambat, mungkin karena kamu lewat jalur berbeda.

Huft, jika bingung, buka pedoman hidupmu. Telusuri jejak teladanmu.

-dan akhirnya Rimie mengaku galau-