12 Jul 2014

Secercah Darah

Bukan lagi setahun dua. Bukan lagi perang saudara. Ini tentang dua negara memperebutkan tanah kuasa.

Dua negara dengan dua basis agama langit. Dua negara dengan fungsi yang saling membabi buta. Saling menghancurkan, membunuh demi kejayaan dunia.

Dulu kala, ku sempati bersinggah ke sebuah danau raksasa. Yang saking besarnya dinamakan laut. Laut Mati. Dari sebuah bukit di laut bernama seram itu, konon dapat disaksikan tembakan-tembakan yang melayang. Dari bumi para Yahudi ke bumi Palestina yang mulia. Perang yang tiada akhiran. Perang tanpa bukti kebenaran. Perang membawa panji masing-masing.

Bumi Palestina, penduduknya berkali ditawari pindah dan perlindungan. Namun mereka tak sedikitpun menyerah. Para ahli Qur'an memegang janji untuk menjaga Al Aqsha, pusaka sejarah, dimana Rasulullah SAW menapakkan jejaknya sebelum berangkat menerima wahyu shalat yang lima. Shalat yang menjadi tonggak agama dan yang pertama kali dihitung kala di Mahsyar.

Semua hati yang beriman tergerak. Air mata menetes begitu dalam. Hanya mendengar berita saudara yang tak pernah dijumpa namun selalu dirindu kembali diserang. Sebuah rumah ibadah bantuan Indonesia pun turut terkena dampak kehancurannya.

Allah rabbi, haruskah? Haruskah di bulan suci ini mereka terus bersimbah darah? Namun puasa ini justru menguatkan mereka. Tidak seperti dugaan musuh. Teruslah berjuang saudaraku. Berkah Allah bersamamu.