Hai.
Aku pulang. Lagi lagi jeda yang sangat panjang untuk mendamparkan diriku di pondok ini lagi. Karena di saat semua sosial media terlalu macet dengan arus informasi yang membludak, kurasa blog ini tempat teraman untuk bersembunyi dan merekam semuanya. Terutama di saat karamku.
Sebentar. Airmataku meluncur duluan bahkan sebelumaku mulai bercerita.
Blog ini, timestamp kehidupanku. Maka itu penting untukku menuangkannya di sini.
Sudah seminggu berjalan, aku melakukan program hamil. Aku mengambil program di Morula yang ternyata cukup elit. Di usia pernikahan yang hampir 5 tahun beberapa hari lagi, dengan berbagai pergolakan batin dan tangisanku yang muak dengan usikan sekitar terutama orangtua, alhamdulillah suamiku sudah terbuka hatinya untuk menjalani promil.
Berangkatlah kami. Yang mana yang banyak diobok-obok adalah aku. Suami hanya cukup masturbasi dan analisa sperma. Qadarullah kemarin hasil sperma Mas Satria banyak yang rusak. Sedangkan rahimku, yang aku sudah parno dengan diagnosa Endometriosis/PCOS dua tahun lalu, alhamdulillah malah sehat. Hanya saja ukuran telurku di USG pertama kecil-kecil. Diberikanlah aku vitamin untuk membesarkan sel telur. Kemudian menjalani HSG. Aku siapkan mentalku dengan melihat alatnya di youtube.J uga menonton pengalaman salah seorang influencer yang menjalani IUI. Dia bilang tidak sakit, hanya terasa mulas. Keterangannya sama dengan operator radiologi yang aku datangi. Baiklah, kupikir aku bisa.
Lalu tibalah pagi ini. Hari H pelaksanaan HSG. Aku seperti bunglon. Memasang muka pede, tapi juga degdegan, kadang berganti takut. Sebelum berangkat, aku hanya sarapan eskrim untuk menenangkan diri. Sedikit topping airmata ikut masuk ke mulut.
Sampai di RS AMC Muhammadiyah, langsung diarahkan ke Radiologi membawa kartu antre yang sudah tertera namaku. Panggilan pertama, disuruh tandatangan pernyataan. Tunggu lagi. Panggilan kedua,sudah disuruh ganti baju. Dimasukkan bius lewat dubur dan menunggu dokter.
Dokter datang. Posisiku sudah mengangkang seperti instruksi perawat. Namun ternyata, ketika dokter mau membuka bibir vaginaku saja, aku terlalu tegang dan sensitif. Susah rileks. Ya gimana mau rileks, aku sendiri super sensitif dengan rangsangan kulit. Apalagi area vagina dan dalam tubuh. Dokternya sampai jengkel dan hampir mogok tidak jadi menindaklanjuti. Karena setiap kali alatnya masuk, kakiku menjepit dan pantat terangkat. Membuat serviksku refleks menjauh dari bibir vagina. Aku sudah hampir menyerah. Sudah memilih ditunda atau alternatif pakai anestesi. Tapi ketika itu,malah dokternya mau mencoba lagi.Kali ini dengan alat yang berbeda. Di situ aku mixed feeling. Mau nangis, tapi mau maju tapi mau nyerah juga. Jujur aku sudah terlalu takut untuk lanjut. Tapi mungkin dokternya kasihan. Liat aku sudah sampai sini. Akhirnya dicobalagi. Aku berusaha rileks, baca alfatihah lagi. Tarik nafaslagi, alhamdulillah kali ini berhasil. Ini baru permulaan tapi rasanya sudah berat banget.
Ah, sial. Airmataku keluar lagi.
Proses berlanjut. Dokter memasang kateter dan mulai memompa balon.rasanya mulas seperti PMS. Aku kira itu sudah dimasukkan cairan kontras, ternyata baru balon penyumbat.Lalu mulai disuntikkan cairan kontras.Kata dokter akan sedikit nyeri. Tarik napas panjang,katanya. Yang kurasa nyeri sedikit, diikuti perasaan kembung seperti saat roller coaster menanjak sebelum terjun. Bedanya, ini tidak terjun2. Kalau terjun kan, palingan pusing sebentar, pas selesai lega. Nah ini enggak.
Aku mengencangkan peganganku pada kaki. Belum lagi sakitnya hilang,aku disuruh ngesotkan badanku supaya kaki lurus memanjang. Perlahan sambil pegangan pada tepi bed, akhirnya sampai juga. (Pas ngetik ini berasa lagi kembungnya). Mulailah perawat dan dokter menyuruh aku stay dan mereka lari untuk mengambil foto rontgent. Agak lama, lalu mereka kembali. Kali ini aku diminta agak miring dan kaki menekuk. Seperti posisi tidur meringkuk. Tiba2 dokter menyuntik lagi cairan kontras itu. Kembung lagi dan agak perih. Untungnya,karena nyamping,jadi aku bisa meremas bantal rumah sakit. Aku bersumpah, kalo ini pertama dan terakhir kali aku HSG. Sudah kubuang semua topeng percaya diri tadi pagi. Entah berhasil atau tidak, aku kapok. Huhuhuuuu..
Setelah dokter menyatakan selesai, perawat bilang, boleh tiduran dulu,nanti kalo sudah enakan,baru duduk dan ganti baju. Tahu enggak, untuk bangun duduk pun berat. Bukan pusing, tapi serasa perutmu masih menempel dengan bed. Berat banget. Lalu perlahan keluarlah sisa cairan kontras sembari aku duduk. Setelah kurasa cukup kuat, aku turun.
Aku keluar ruangan setelah berpakaian lengkap. Mas Satria menyuruhku duduk dulu, tapi aku menuju kamar mandi karena kebelet. Sekalian pakai pembalut karena katanya mungkin keluar flek pasca tindakan. I've come prepared. Alhamdulillah.
Keluar kamar mandi, aku duduk samping Mas Satria. Lemas. Lalu dia beranjak ke kantin sebentar. I love his Act of Service. Dia melakukan yang kupesankan. Dia membayar di kasir, dan aku menunggu di sofa. Kuberi tahu saat berangkat, kalau kemungkinan aku lemes setelah tindakan. Aku sangat bersyukur dia pengertian.
Sampai disini dulu ceritanya. Perutku mulas. Tapi kali ini karena lapar. Aku makan dulu ya.
0 komentar:
Posting Komentar