20 Sep 2012

Terpikat Olehmu, Negriku

Fajar menyingsing di sudut langit. Menunggu awak negriku menggeliat dari pejamnya. Membasuh dirinya, sebagian bersujud pada Tuhannya, sebagian lagi bersiap menata hari.

Dhuha menganga, menyibak warna terindah dari langitNya. Biru, warna pembangkit kerja, warna penyemangat hari. Lihatlah mereka, dengan caranya masing-masing berkendara menuju tempat kerjanya.

Desa. Sawah menghampar siap digarap. Pepohon hutan menyeruak berlomba menyedot surya. Petani, peladang, penadah getah karet dan penebang pepohon kayu membanjir. Sepeda, motor, dan berjalan. Menyapa hampir seisi desa, menanggap tamu baru yang tersasar. Ramah, penuh senyum hangat. Sehangat teh manis yang mereka sesap waktu sarapan.

Kota. Gedung pencakar langit telah beroperasi. Bahan baku diap diolah. Manajer, Salesman, Office Boy dan Satpam berlalu lalang. Mobil, bus, taksi dan motor. Menghadap gadget masing-masing, bersebelah tapi saling diam. Disapa, berubah masam. Semasam bau keringat mereka ketika pulang kerja.

Bisakah, sinkronisasi nilai positif dari kedua paradoks ini? sebuah tempat dimana karakternya masih sopan dan ramah, namun juga memiliki intelektualitas tinggi. Harga bahan dapur tak terlalu mahal, terjangkau oleh semua. Meski yang satu berjalan dan yg lain bermobil, masih saling sapa, saling kenal, saling menjaga. Dengan begitu identitas Indonesia akan tetap terjaga. Takkan luntur atau diklaim oleh negara lain. This is Indonesia.

"Indonesia, hatiku, rumahku, bangsaku..
Indonesia, banyak pulau dan budaya menyatu..
Dari gunung ke laut wajah tersenyum di mana saja..
Slamat datang di Indonesia, rumahku bangsaku, Indonesiaku..

Indonesia, we love you forever.." -Indonesiaku, populared by Vincent Laghea.

0 komentar:

Posting Komentar