3 Agu 2010

Sabar Ri, Biarkan Dia Tahu Sendiri

Hanya sekadar melepas kekesalan nih. Aku sebel sama seorang teman. Dia minjem laptopku, aku bolehin. Iya minjem, tapi kenapa pas aku mau pake kok cuma bilang, "Bentar ya, bentar," pertama sih aku bener-bener gak ngira. Tapi udah tiga kali baru dia rada dong. Dan ngasih tu laptop ke aku.

Tapi, pas aku pergi, aku titipin ke orang-orang di situ. Iya sih, aku bilang "kalau mau pake, pake aja." Tapi dia lagi yang make. padahal aku juga baru selesai setengah urusanku dgn sang laptop. Dan terulang kejadian pertama.

Terus, temenku yang lain pinjem waktu aku gak make laptop itu. Eh, baru bentar dia make, si tokoh utama dateng lagi dan manggil namaku "** laptop," dan manggil tmnku yg lg make laptopku, "** laptop," dan ternyata dia selalu cuma buka fb. Yah, diselingi foto-foto narsis gitulah..

Berakhir acara nongkrong di kptu, kami beberes, dia cuma nanya, "Lho, yang jaga di sini siapa?" aku bilang,"Lah, kan mau diberesin neng." Trus dia baru ngeh dan.......... meninggalkan laptopku yang kabel chargernya masih dihubungin di atas tikar yang udah mau digulung!! Argh, sebalnya. Tapi lagi-lagi, aku cuma memendam kesal dalam hati.

Terus pas udah pada berdiri, aku ngangkat kardus, dan nanya ke yang lain, "Ini siapa yang bawa?" trus dia dengan PDnya nyebut namaku. Gila. Tapi untungnya aku ingat aku harus download file penting dulu, berhubung di kosan belum ada modem.

Jadi aku nurunin kardus itu, dan bilang ke yang lainnya, "Eh, aku mau ke sana dulu (nunjuk suatu tempat di kptu yg bukan tmpat itu, mau ngenet bentar. Ada data yang perlu kudownload," kataku, "tertunda gara-gara laptopku dipake seseorang." sambungku dalam hati.

Dia dengan mata mendelik bilang, "Lho? Kamu gak solat?" Aku bilang, "Ya abis ini. bentar doang kok." Keliatan sorot matanya ingin ikut aku ngenet dulu. Aku segera pamit. Eh, dia bilang, "aku ke musola duluan yaa." aku yang terlanjur ber suuzon dan bad mood padanya mengira dia gak mau disuruh bawa kardus yang baru aja kuletakin.

Sebenernya ada beberapa lagi yang masih bikin aku sebel. Tapi ini rasanya sudah cukup untuk menggambarkan betapa kesalnya aku sama dia.
Sejak tadi aku berharap adanya kesendirian, karena dalam kesendirian itu terkadang kita menemukan kesabaran.

Dan dalam kertas atau media apapun kita torehkan emosi dan suasana kita, perasaan akan lebih lega dan sesuatu itu cepat terhapus dari ingatan. Itulah aku.

0 komentar:

Posting Komentar