22 Nov 2011

My endless love

---Rahma "In"
"Hei, berhentilah memujiku! Aku tak mau dengar!" teriakku kepada sahabatku, Rama. Selalu saja begini. Kalau sedang istirahat belajar, dia pasti mengambil gitarku dan memainkan lagu khusus untukku. Yang isinya hanya pujian gombal.

And when you smile, the whole world stops and stared for a while, 'cause girl you're amazing, just the way you are.

Lagi, kuambil sebatang choco roll dan kujejalkan ke mulutnya supaya diam. Lagi, dia menggigitnya dan menyuapkan sisanya padaku. Ah, Tuhan. Kenapa dia selalu seperti ini? Bagaimana kalau aku tak bersamanya lagi? Padahal tinggal beberapa bulan lagi aku pindah dan aku tak tega memberitahunya.

---Rahma "Out", Rama "In"

And when you smile, the whole world stops and stared for a while, 'cause girl you're amazing, just the way you are.

Aku menyanyikannya sampai habis tanpa sedikitpun mengalihkan pandanganku padanya. Lagi-lagi mukanya memerah. Dia terpesona.

Rahma, dia sahabatku dan aku mencintainya. Aku menyukainya sejak ia duduk sebangku denganku kelas 5 SD. Waktu itu kami sudah lama bertetangga, tapi tak pernah saling mengenal karena individualisme komplek kami sangat tinggi. Bahkan ayah ibu kami mungkin tak pernah bertemu jika bukan karena kami.

Sejak itu kami selalu menghabiskan waktu bersama. Mengerjakan tugas, bermain dan lainnya. Bahkan kami berhasil masuk ke SMP yang sama. Hingga saat ini, status kami bersahabat walaupun aku sering secara tidak langsung mengatakan aku mencintainya. Tapi aku sudah berniat, saat perpisahan nanti akan kuperjelas perasaan ini.

---Rama "Out", Rahma "In"

Aku berhasil mengelabuinya. Dan juga perasaanku sendiri. Sejuta rasa sesal bercampur sedih mewarnai penantianku akan datangnya hari ini.

Kulihat wajah ayah dan ibu yang juga nampak mencemaskanku. Berulang kali kukatakan baik-baik saja meskipun aku selalu menunduk, menyembunyikan airmataku. Perpisahan masih seminggu lagi, tapi bagiku hari inilah perpisahan sesungguhnya. Dari kota ini, dari negeri ini dan dari Rama.

Rama. Hanya ada kata maaf yang bisa kudengungkan tiap mengingat namanya.

Ting-tong! "Kepada penumpang pesawat Garuda Airlines tujuan Jakarta-Seoul dengan nomor penerbangan XXX harap memasuki armada melalui pintu G7."

"Selamat tinggal."

---


Rahma, dimanakah kau berada? Rindu aku ingin jumpa, meski lewat nada..


Aku melepas gitarku. "Hey girl, where are you? Don't you know I miss you so bad?" Aku mengambil sebuah bingkai foto. Di sana, aku dan Rahma berpose bak penyihir. "Can you give a little magic to mend my heart?"

"I don't know why but feel scared right now. Please tell if this just a mistaken." Aku meraba dadaku. Ada rasa takut dan gelisah di sana. Takut, kalau saja ia menghilang. Gelisah, apa benar aku masih dapat mengatakan perasaanku ini?


4 hari kemudian, aku benar-benar mencapai puncak gelisah. Karena seminggu ini Rahma terus saja tak ada kabar. Aku tanya ayah dan ibu pun jawabannya nihil. Aku tanya teman-teman sekelasnya, mereka malah balik bertanya.

Tok, tok!

"Masuk!"

Bi Inem membuka pintu dan masuk dengan sopan. "Den, ini ada titipan surat dari pembantunya Non Rahma."

Surat? Untuk apa Mbak Sarmi--pembantu keluarga Rahma-- mengirimiku surat? "Coba lihat Bi."

Bi Inem menyerahkan sepucuk surat beramplop marun. Kuambil, lalu kuamati. Mataku berhenti pada huruf-huruf yang terangkai sebagai pengirim surat itu. Peganganku mengencang. Dua bola mataku tak mau beranjak sedikitpun. Tersirat pemikiran, "Mengapa hanya sebuah surat?"

"Den?" suara Bi Inem menggeser perhatianku. "Aden nggak papa?"

"Oh, iya Bi. Nggak papa kok. Makasih ya Bi."

Bi Inem mengangguk lalu pamit dengan unggah-ungguh khas orang Jawa.

Tinggallah aku sendiri di kamar ini. Bersama surat itu. Benda yang memuncakkan rinduku pada seorang Rahma. Bidadari yang tiba-tiba menghilang dari muka bumi.

Perlahan kuraih amplop itu, kubuka, dan kutarik isinya.
---


Rimie Ramadan
NB: sebetulnya ini posting udah dari bulan Juni tapi emang terbengkalai.
hari ini baru coba mencari sambungan ide dan kira2 rampung sekitar 1-2 chapter lagi.
jadi, aku gak pasang tanggal ah, malu. hehee.

0 komentar:

Posting Komentar