16 Jun 2011

The Heaven is to Be with You - part 3

“Hyaa!! Kau jangan melihatku begitu!!” Ahri menggembungkan pipinya yang bersemburat sewarna tomat. Sepulang dari konser, Kangin menemaninya membeli baju ganti bercorak tie-dye.

Kangin tampak mengerem cekikiknya. “Mianhe, mianhe. Habis kau ini lucu sekali pakai baju itu! Apalagi berada di tempat seperti ini.” Mata Kangin menunjuk atap kafe tempat mereka berada. Tempat itu memang cukup elit.

“Ini semua gara-gara ahjussi aneh itu!! Sialan sekali aku ketemu dia hari ini!!” rutuknya kesal.

“Sudahlah, sudah. Gak usah marah-marah lagi. Ntar cepet tua lho!” pemuda berbadan besar itu mengacak lembut rambut Ahri.

“By the way, makasih ya.” Lanjut pemuda itu lagi, “kamu udah datang ke konserku hari ini. Juga minumannya. Cheongmal gomawayo!”

Ahri menggeleng singkat. “Cheonma.”

Mereka beranjak selesai mengobrol. Sebelum keluar plaza, Ahri seperti melihat seseorang yang ia kenal di toko roti di seberang resto. Gadis itu tampak ragu, dan segera menyusul Kangin.


Jungmo mengantar Rimhee hingga ke depan pintu. Tapi ia agak kaget,dilihatnya gadis di sebelahnya yang juga beraut heran karena lampu rumahnya mati. Ia meminta Jungmo untuk menemaninya mengecek ke dalam terlebih dahulu. Pelan, ia membuka kunci rumahnya.

“Kriiieeet..” deritan pintu tak juga berkompromi.

Satu langkah, tak ada apapun. Dua langkah, tak ada apapun. Jungmo mengikuti di belakangnya. Langkah ketiga, juga tak terdengar apa-apa. Baru ketika dia akan menyalakan lampu, sesuatu tiba-tiba meraih kepalanya dan terdengar bunyi kecupan. Ia tidak dapat memastikan karena gelap tertutupi sesuatu itu.

Lalu lampu menyala. Tampak di depannya, sang kakak ipar membawa sebuah kue. “Saengil chuka hamnida.. Saengil chuka hamnida.. Saranghaneun Jung Rimhee-ssi.. Saengil chuka hamnida..”

Kemudian sayup-sayup suara gitar terdengar. Muncullah oppanya sambil bernyanyi dan bermain gitar diiringi suara istrinya. Rimhee terperangah. Ia menatap dua orang itu terpesona. Setelah lagu habis, Rimhee tersenyum sangat lebar pada keduanya. Tanpa dikomando, ia menghambur memeluk kedua kakak yang ia sayangi itu. “Yonghwa oppa, Seohyun onnie, gomawayo. Cheongmal gomawayo. Saranghaeyo!”

“Ne.. Urido, Rimhee-a.” bisik Seo-onnie.

“Hei, hei, hei. Kau ini, sudah besar tapi tak tahu adab.” Bisik Yonghwa pada adiknya itu. “Kau ini terlalu senang, sampai melupakan temanmu yang dari tadi berdiri itu.”

Rimhee menepuk jidatnya. “Oh iya!! Jungmo-ssi!” Ia menoleh ke arah Jungmo lalu menuntunnya masuk.

Jungmo menuruti gerakan Rimie hingga duduk di sofa bersama Seohyun dan Yonghwa. Wajahnya masih menampakkan keterkejutan. Lalu dirasakannya sentuhan di pundaknya.
“Mianhe, Jungmo-ssi. Aku ganti baju dulu ya. Kau di sini sama oppa dan onnie ya!” Jungmo mengangguk mantap. Rimhee beralih ke Yonghwa dan Seohyun. “Oppa, Onnie. Kalian ngobrol sama Jungmo dulu ya.”

Mata Jungmo masih mengikuti langkah Rimhee hingga seseorang menepuk pundaknya.
“Hey, makasih ya.” Yonghwa tersenyum puas.

“Ah, cheonmaneyo, hyung. Hajiman, buat apa ya?” balas Jungmo dengan tampang babo nya.

“Untungnya kamu ngajak Rimhee keluar hari ini. Dan sepertinya dia benar-benar lupa karena pekerjaannya. Jadi rencana kami berjalan lancar.” Yonghwa berkedip.

“Oh, itu hyung. Aku tidak sengaja kok. Bahkan aku tidak tahu kalau hari ini ulang tahunnya. Hubungan kami kan cuma sebatas rekan kerja.” Jungmo menghela napas. Jungmo pun ikut merayakan ulang tahun Rimhee dan menerima tawaran menginap di rumahnya.

Rimhee benar-benar bahagia malam itu. Hingga ia merasa lelah dan mengantuk. Ia pun undur diri bersama Seohyun yang juga sudah mengantuk. Tinggallah Jungmo dan Yonghwa yang malah adu kepintaran bermain gitar. Yonghwa juga sesekali bernyanyi. Kediaman Jung pun menjadi ramai malam itu.


Jungmo terbangun dan merasa haus. Ketika membuka mata, ia sedikit terkejut karena asing dengan tempat itu. Dengan cepat ingatannya pulih dan segera berjalan ke dapur. Ketika akan menutup pintu kulkas, ia mendengar pintu kamar di lantai atas terbuka. Dilihatnya siluet Rimhee berjalan menuruni tangga, juga menuju dapur.

“Kehausan juga, eh?” sapa Jungmo.

Rimhee yang setengah sadar, terkaget menyadari ada orang di dapur. “A, aah, iya. Aku mau bikin kopi. Kau mau?” tawarnya.

“Hemm, tak perlu. Kau saja silakan.” Jungmo menaruh gelas yang sudah habis airnya ke meja dapur dan bergegas kembali ke kamar.

“Ah, Jungmo-ssi, chakkaman!!”

Jungmo berbalik lagi. “Wae?” Ia menghampiri Rimhee.

“Bisa tolong.. temani aku?” tanya Rimhee malu-malu.

Jungmo menatapnya jahil. “Kau.. takut hantu?”

“Hm.” Angguk arsitek muda itu. Tangannya masih mengaduk kopi siap seduh di cangkir.

“Lebih takut mana, hantu atau berduaan denganku?” matanya jahil menggoda Rimhee. Membuat mata gadis itu terbelalak.

“Takut.. hantu.” Rimhee menjawab ragu sambil meyakinkan diri. Ia memegang erat cangkir kopinya. Menyeruputnya sedikit.

“Yakin takut hantu?” Jungmo mendekatinya. Langkah demi langkah hingga akhirnya berjarak 1 meter di depan Rimhee. Rimhee terlihat merapatkan kakinya. Gugup.

“Ya.” Suaranya dipaksa tegas.

Jungmo semakin mendekat dan mulai memainkan tangannya. Punggung tangannya yang kekar mengusap pipi Rimhee. Rimhee bergidik. "Kau tidak takut padaku?"

Kini ibu jarinya mengusap pipi Rimhee. Dengan satu gerakan cepat Jungmo mendekatkan wajahnya. Rimhee refleks memejamkan mata.



Sudah 3 jam Ahri membolak-balik badannya. Matanya tak kunjung terpejam padahal kantuknya begitu besar. Pikirannya masih terpusat pada kejadian tadi siang. Baju itu, memang bukan yang paling mahal. Tapi itu favoritnya, baru 2 minggu yang lalu ia beli. Pikirannya lalu melayang ke pemuda bermarga Kim.



Kyujong POV

Aku memandangi blackforest yang kubeli tadi sore. Sampai saat ini bentuknya masih belum berubah. Hanya batangan lilin yang ada di atasnya saja yang telah hancur. Ya, hancur. Sepertiku saat ini.

“Yang ke-23 ya? Ah, tak usah heran kalau aku ingat. Kau bahkan mengancamku jika aku lupa jadwal tidur siangmu.” Aku tertawa sendiri. Kalau dia ada, pasti sudah menertawaiku duluan melihat keadaanku.

“Saengil chuka Rimhee-ah. Saranghaeyo, dimanapun kau berada. Ah, iya. Berarti sebentar lagi bukan?” Aku beranjak mendekati bingkai foto berisi wajah wanita yang tak pernah kutemui selama 3 tahun itu. “Targetmu menikah. Apa kau lupa? Kau pernah memberitahuku, bukan? Ah, atau mungkin kau sudah? Siapa pemuda beruntung itu, apa teman kita juga?”

Even if my heart still beating just for you, I really know you are not feeling like I do.. an even if the sun is shining over me, how come I still freeze?

Ah, lagu kakakmu itu takkan kulupa. Apa kau tahu, lagu itu sangat merasukiku. Apalagi saat kita berpisah. Ya, kita memang bersahabat. Hanya bersahabat. Tapi dalam diam, aku menyukaimu. “Apa aku.. masih punya kesempatan?”

---
mianhe, singkat tapi lama updatenya. kalo di FF dipepet Jungmo, aslinya dipepet tugas. Mianheyo, cheongmaleyo. *bow*
semoga menikmati.. don't forget to give a comment :D

3 komentar:

Rin Asami Nashannia mengatakan...

aaaah kasian kyujong oppa :( sini ama gue aja! :D
(ternyata itu yg bakal mengagetkanku ya!hahaha)

Nana mengatakan...

chingu ah~ lanjut donggg~~
updatenya jgn lama"
penasaran"
><

Rimie Ramadan mengatakan...

>ARI : hemm, liat aja ntar.

>NANA : sipp.. rencananya tgl 8 Juli ku update. Hehe..

Posting Komentar