21 Apr 2011

The Heaven is to Be with You

Cast :
1. Jung Rimhee aka Rimie Ramadan
2. CN Blue's Jung Yonghwa as Rimhee’s oppa
3. SNSD's Seohyun as Yonghwa’s wife
4. TRAX's Kim Jungmo as Kim Jungmo
5. TVXQ's Kim Jaejoong as Jungmo’s brother
6. Lee Minho as Rimhee’s boss
7. Lee Ahri as Minho’s sister and Rimhee’s best-friend aka Ari Watanuki
Other cast : Moon Ahyoung(Uti), Krystal(Eka), Suju's Kangin(Kim Youngwoon), Kang Hyesoo(fiktif), TRAX's Jay Kim

Hope you enjoy that!! ^o^

---
Pagi yang cerah mengiringi semangat langkah gadis itu masuk ke dalam ruang kerjanya. Segera ia menyimpan tasnya dalam laci meja kecil di samping meja gambarnya lalu beranjak ke mesin pembuat kopi. Namun, belum sempat ia menyesapnya, seseorang menepuk pundaknya.

“Ya! Jung Rimhee, kau dipanggil bos ke ruangannya tuh. Chukkae.” Seringai tipis
terbit dari bibir seorang Kang Hyesoo. Laki-laki yang ruangannya tepat di sebelah Rimhee. Hm, mau apa si bos? Tumben dia memanggilku.

Rimhee berjalan ke arah ruangan bosnya dengan wajah penuh tanda tanya. Sesampainya di depan pintu bertuliskan Chief Architect : Lee Minho, ia pun memberanikan diri mengetuk pintu. Suara dari dalam mempersilakannya masuk.

“Bapak memanggil saya?” ia memberi hormat.

“Terimakasih telah datang. Silakan duduk dulu, Jung Rimhee.”

Setelah nyaman duduk, Pak Lee Min Ho mulai bicara, “Nona Jung Rimhee, aku ingin memberi kabar gembira kepadamu.” Ia menyilangkan jarinya dan menarik nafas. “Aku mempertimbangkan kenaikan jabatan untukmu dari drafter menjadi arsitek tim.”

Jung Rimhee berusaha menahan senyumnya. Ia tak mau terlalu gembira, karena kabar itu belum tuntas sepenuhnya. Ia kembali menyimak perkataan bosnya itu.

“Tapi kau tahu sendiri. Aku tidak akan memercayai orang begitu saja. Walaupun kinerjamu selama ini cukup baik, aku belum tahu kemampuan melobimu sejauh apa.” Rimhee mengangguk. “Untuk itu, aku ingin mengetes kemampuanmu. Anggap saja ini sebagai ujian.”

Lee Minho memundurkan kursinya dan nampak mencari sebuah map di antara tumpukan map di mejanya. Setelah ketemu, ia melemparnya dan mendarat tepat di depan Rimhee. Lalu kembali mendorong kursinya ke tempat semula.

Ia menunjuk map yang sedang ditatap bingung oleh gadis di depannya. “Ada seorang klien meminta didesainkan rumah pribadi konsep taman surga. Data-data klien tersebut ada di sini. Dia memintamu bertemu dengannya tiga hari lagi. Jika kau sukses dan ia tertarik dengan gagasanmu, maka kau diterima sebagai arsitek tim sekaligus aku akan menunjukmu langsung untuk proyek ini. Mengerti?”

Wanita itu tersenyum sumringah dan menjawab, “Ya, saya mengerti.”

“Baiklah, kau boleh pergi. Dan jangan lupa, tiga hari lagi di kafe Paradise.”

***

Di tempat lain, sebuah apartemen di kota Seoul.

“Ya! Kangin-a! apa hari Kamis besok kau kosong?.. Kosong? Gimana kalau kau temani aku menemui seseorang?.. Ha? Bukan, bukan kencan! Nanti saja kuceritakan, oke?.. Ah, tidak! Serius, ini bukan kencan. Hahaha. Aku kan tidak sepertimu. Ya sudah, sampai ketemu hari Kamis ya!” Pemuda itu menutup telponnya. Lalu ia beralih ke Kim Jaejoong, laki-laki yang sedang sibuk di depan keyboard.

“Joongie-a. Kau, hari Kamis ada jadwal di kafe nggak?”

Jaejoong mengangguk pelan.

“Aku bisa minta tolong nggak?” Tanya pemuda itu lagi. Kim Jaejoong mengisyaratkan ‘Ada Apa?’ dengan menepukkan kepalan tangan kanannya ke telapak tangan kirinya lalu ke dada kirinya.
***
Hari Kamis, di kafe Paradise

Pagi itu, kafe masih sangat sepi. Hanya ada dua meja yang ditempati sepasang muda-mudi dan dua orang pria paruh baya yang sepertinya sedang diskusi. Piano putih di sudut itu pun masih tertutup kain putihnya dengan sempurna. Baru kicauan burung yang memberikan melodi riang saat Jaejoong datang.

Jaejoong ke kamar mandi dulu untuk mematut rupa. Selanjutnya ia bergerak menuju piano putih itu dan membuka penutupnya. Ia merapikannya dan meletakkan di rak khusus yang terdapat juga buku-buku penuh partitur lagu yang cukup lengkap. Beberapa buku ditulis oleh Jaejoong sendiri.

Jaejoong membuka kap dari Grand piano itu agar suaranya lebih menyiratkan pesan yang ingin disampaikan lewat lagunya. Ia lalu menarik kursi dan duduk di atasnya. Ia menarik nafas sejenak. Saat jemarinya mulai menyentuh tuts, dua pria dan sepasang kekasih di kafe tersebut beralih pandang. Fokus pada seorang pemuda yang memainkan piano di sudut sepenuh jiwa. Bahkan pekerja yang ada di tamu itu ada yang memejamkan mata, menikmati.

Selesai lagu pertama, Jaejoong melirik jam dinding di kafe tersebut. Penonton yang sudah mulai bertambah dua meja, bertepuk tangan, tapi tak digubrisnya.

“Kalau ada seseorang yang duduk sendirian, dan tampak mencari seseorang, kau sms aku ya dik!” ia mengingat pesan kakaknya itu dengan seksama, “Bilang juga apakah dia laki-laki atau perempuan.” Jaejoong tersenyum kecil, ia sangat tahu kalau alergi kakaknya terhadap perempuan itu belum sembuh benar. Dan ia mulai memainkan lagu kedua. “Dia akan datang sekitar jam 9.”

Sementara itu, Rimhee baru saja akan berangkat jika tidak mendapat telepon dari sahabatnya, Lee Ahri, yang juga adik semata wayang bosnya. Ahri bosan dan mengajaknya untuk bermain. Tapi Rimhee menolak, malah mengajak Ahri menemui kliennya. Tak disangka, Ahri tertarik. Alhasil, Rimhee harus menjemputnya dulu sebelum ke kafe.

Setelah Ahri duduk di mobil Rimhee, Rimhee mulai menyalakan mesin sambil berkata, “Ahri, kamu boleh ikut. Tapi inget..”

“Jangan bilang-bilang Minho oppa kalau kau mengajakku. Ya kan? Cih, aku sudah hafal.” Ia mendengus kesal. “Yang penting aku keluar dari Sangkar Emas itu. Heerrggh.” Ia menekankan kata sangkar emas, menyindir rumahnya yang dijaga ketat.
Rimhee terkikik geli. Sahabatnya ini memang seorang anak pengusaha terkenal yang punya stok bodyguard lebih banyak dibanding presiden. Dan tampaknya kakaknya mewarisi bakat ‘laku’ ayahnya. Hehe.

Ia terus melaju hingga tiba di tempat yang dijanjikan. Ia dan Ahri pun keluar dari mobil. Sejenak ia mengagumi nuansa putih dengan detail pilar-pilar doric Yunani dan Air terjun di kedua sisi pintu masuk. Kesan terbuka sangat ditonjolkan dalam desain kafe ini. Apalagi dengan atap tenda yang disusun dengan rangka yang ditinggikan dari posisi balok. Istimewa.

“Hei!” Ahri menepuk punggung sahabatnya. “Jangan bengong aja. Udah hampir jam 9 lho. Kalo telat kulaporin Minho oppa, baru tau rasa deh.” Ahri menggerutu kesal. Mereka pun melangkah masuk dengan tangan Ahri bergelayut di lengan Rimhee.

***

Jaejoong sedikit memelankan ritme permainannya sambil mengamati dua wanita yang baru saja masuk ke tempat kerjanya itu. Yang satu nampak riang gembira. Sedangkan yang satunya terlihat kalem tapi juga bingung. Matanya nampak mencari-cari sesosok orang. Jangan-jangan dia? Jaejoong masih terus memerhatikan dua gadis itu yang memilih meja untuk berempat. Ya, pasti dia. Jaejoong mengangguk yakin dan setelah menekan tuts terakhir lagu tersebut, ia berdiri. Sebelum meninggalkan panggungnya, ia berbalik menghadap penonton dan memberi hormat. Ia lalu mengsms kakaknya.

To: Hyungie keren
Hyung, sepertinya orang yang kau maksud sudah tiba. Dia wanita, tapi dua orang, sepertinya temannya. Cepatlah ke sini sebelum kau dicap jam karet. Mengerti? 

From: Hyungie keren
Okay.. Thanks brother. ;)

Jaejoong segera kembali ke pianonya dan melanjutkan pekerjaannya.

***

“I’m sorry miss, may I sit here?” Sapa seorang pria yang baru saja datang bersama temannya.

Rimhee yang mengenali pria itu sebagai kliennya, lalu berdiri dan menyapa, “Ah, Kim Jungmo-ssi. Annyeonghaseo!” ia membungkuk sopan. Pria itu hanya membalas dengan anggukan kepala. “Silakan saja, Jungmo-ssi. Ahri-a, kau bisa pindah ke sebelahku kan?” Rimhee mengedipkan matanya mengancam. Gadis yang baru asyik bercerita tadi langsung menurut. Lagipula, dia kan yang memaksa ikut. Jadi ia tahu diri.

“Ah, gomawo mm..” Jungmo menatap gadis di depannya tajam.

“Jung Rimhee, nice to meet you.” Rimhee mengulurkan tangannya sambil tersenyum formal.

Tapi tampaknya Jungmo sedikit terkesima dengan aura wanita yang sedang menunggu uluran tangannya itu. Ia terdiam beberapa saat sebelum sadar kembali, “Ah, mianhe. Nice to meet you too, Jung Rimhee-ssi.”

Rimhee sedikit menahan tawa melihat pria di depannya yang tersenyum kikuk.

Sedangkan Ahri, ia membalikkan mukanya dan tertawa kecil tanpa sadar seseorang sedang menatapnya sambil tersenyum.

“Ah iya, Jungmo-ssi. Maaf aku membawa seorang temanku, tapi sepertinya ini tidak masalah denganmu.” Rimhee menatap Jungmo dan Kangin bergantian sambil tetap tersenyum.

Jungmo mengangguk. “Tak apa, Rimhee-ssi. Perkenalkan, dia Kim Youngwoon, sepupuku.” Jungmo memperkenalkan sepupunya.

“Annyeonghaseyo, choneun Kim Youngwoon imnida. Kau bisa panggil aku Kangin.” Pria bertubuh besar itu membungkuk sopan ke arah Rimhee dan Ahri.

Tiba-tiba Ahri memperkenalkan diri tanpa kusuruh. “Annyeong Kim Jungmo-ssi, Kangin-ssi. Perkenalkan, choneun Lee Ahri imnida. Adik dari Lee Minho-ssi sekaligus sahabat baiknya. Iya kan Rimhee-a?” gadis centil itu menyentuh bahuku dan menyeringai. Rimhee memberinya tatapan terserah-apa-maumu-lah.

Setelah sesi perkenalan itu, Jungmo dan Rimhee memisahkan diri untuk membahas proyek yang akan mereka kerjakan. Sesekali mata Rimhee teralih kepada pemain piano di panggung kafe itu. Dan Jungmo sedikit terganggu karenanya. Ia selalu mencoba mengembalikan perhatian Rimhee ke proyeknya.

Sedangkan Kangin dan Ahri malah ngobrol sendiri. Mereka sepertinya nyambung satu sama lain. Bahkan sesekali tawa mereka mengencang hingga membuat mata pengunjung menatap tajam dan dua orang yang bertanggung jawab atas mereka mendelik kesal. Dan beberapa menit setelahnya mereka berdua malah jalan-jalan di sekitar kafe.

Kim Jaejoong tersenyum saat tadi mendengar suara kakaknya di kafe itu. Kafe milik ayahnya yang diwariskan kepada kakak yang selisih setahun dengannya itu. Ya, ayahnya memang lebih memercayakan segala hal kepada kakaknya itu. Karena sejak kematian ibu mereka, Jungmo sudah terlatih merawat Jaejoong dan mengurus segala harta benda mereka. Tetapi Jaejoong malah trauma dan tidak mau lagi membuka suara terhadap siapapun, termasuk kakaknya. Namun begitu, ia sangat menyayangi kakaknya.
Sesekali ia melirik ke arah mereka. Ia tersenyum geli saat melihat kakaknya sedikit terpaku melihat rekan kerjanya yang lumayan manis. Tangannya masih setia bergerak lincah di atas piano bahkan hingga kakaknya dan temannya itu pergi.

***

Rimhee POV

Sampai di rumah, aku sibuk merekap data-data tambahan yang kuperoleh hari ini. Aku mencatat semuanya dengan rapi dan teliti. Bahkan tadi aku sempat merekam percakapan mereka melalui recorder yang tersembunyi di balik blazer. *ni cerita arsitek apa detektif ya?

Aku baru saja menelpon bos Lee Minho ahjussi, ketika kudengar pintu kamarku diketuk pelan. Aku pun beranjak membukanya. Lalu Seohyun onnie terlihat di muka pintu. “Ayo turun, makanannya sudah siap.”

“Baik onnie. Aku matikan komputer dulu ya. Onnie tunggu aja di bawah. Okay?” Kakak iparku mengedipkan matanya sebelum beranjak turun. Aku pun segera menyusulnya.

Di ruang makan, yang langsung berhadapan dengan dapur, aku melihat Yonghwa oppa masih sibuk di depan kompor, menaruh masakannya di atas piring. Sejak umma meninggal, Yong oppa memang melepas pekerjaannya dan mengerjakan lebih banyak pekerjaan rumah tangga karena appa yang sering lembur. Untung sekarang ia sudah menikah. Seohyun onnie sungguh hadiah terindah untuk keluarga kami.

“Ya! Rimhee-a, ngapain berdiri terus di situ?” teriakan oppa membuyarkan lamunanku. “Bantu onnie merapikan garpu dan sendok sana!”

“Ne..” aku menepuk dadaku. Berasa jantungku mau keluar aja.

Makan malam itu berjalan khidmat. Sesekali Yonghwa melancarkan sindirannya, seperti ini,

“Rimhee-a, proyek apa yang kaukerjakan sekarang?” tanya Yonghwa oppa.

“Emang kenapa? Mau tau aja.” Jawabku ketus.

“Biarin. Abisnya kamu seharian ini bener-bener gak keluar kamar. Coba kalau Onniemu ini gak manggil, bakal jadi setan buduk kamu di kamar melulu!” Aku langsung mencubit hidungnya. Ia memekik pelan.

“Ya! Oppa, aku di kamar tu kerja ya. Emangnya oppa, mesra-mesraan dalam kamar? Oya oppa, aku ditawarin naik pangkat jadi arsitek tim lho!”

“Oh ya? Wah kabar bagus tu! Trus gimana, kamu terima?”

“Ya iyalah oppa! Tapi aku masih harus jalanin satu ujian dulu. Makanya, tadi aku abis ketemu sama klien. Dia minta dibikinin rumah pribadi. Tau gak oppa, luas tanahnya berapa? 1 hektar!!” teriaknya.

“E buseet? Itu rumah apa sawah?”
“Mantan sawah, calon rumah.” Jawab Seohyun onnie ikut nimbrung. Aku mengacungkan jempol.

Oppa tertawa, lalu mengelus rambut onnie. “Kamu pinter, sayang. Hey dongsaeng-a, sesibuk apapun kamu, jangan lupakan kewajiban cewek. Belajar masak ni, sama onniemu ini.” Onnie hanya tersenyum bangga.

Aku mengangguk malas. Selesai makan dan cuci piring, aku kembali ke kamar dan mulai mengubur diri.

Rimhee POV end

***

Pagi itu Jungmo berangkat ke studio musiknya lebih pagi. Ia ada jadwal bertemu Jay Kim untuk mendiskusikan lagu yang telah ia compose. Ternyata sampai di studio, Jay belum datang. Akhirnya ia duduk di sofa ruang latihan.

Mendadak wajah gadis yang kemarin ditemuinya muncul di benaknya. “Hm, kalau dipikir-pikir sudah lama juga aku tidak berinteraksi dengan wanita. Apakah aku sesibuk itu? Mungkin sih, mengurus semua peninggalan papa : showroom mobil, restoran, toko alat musik dan juga studio musik ini. Hh..” ia menghela nafas panjang.

Lima detik kemudian, ponselnya berdering tanda sms masuk. “Apa itu dia?”
Cepat-cepat ia membuka ponselnya. Dan mukanya langsung lesu melihat Jay Kim yang mengirim sms hanya menanyakan posisinya. Ia membalas dengan malas.

***

“Duduklah, Rimhee.” Lee Minho mempersilakan dengan sopan. “Kudengar kau akan bertemu dengan Kim Jungmo-ssi lagi esok kan?” gadis itu mengangguk. “Aku akan menugaskan dua orang untuk ikut bersamamu kali ini. Orang itu adalah Moon Ahyoung dan Krystal. Bagaimana, apa kau setuju?”

Rimhee tersenyum sumringah mendengar dua nama itu disebut. Matanya berbinar dan menjawab dengan semangat 45, “Ya, saya setuju Pak!”

Lee Minho tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala. “Aigoo, aigoo. Rimhee-a, jangan bermuka begitu kalau di kantor. Kau jadi mirip dengan Ahri, bikin aku pingin nyubit pipimu.”

---

Maaf yaa, masih ada part lanjutannya. Tapi belum dibikin. Ini juga gara2 bete belajar malah bikin ginian dari jam 1 mpe jm 4 pagi. Hehe..
Jangan lupa komentar, boleh di sini ato d FB. Makasih..

5 komentar:

Rin Asami Nashannia mengatakan...

nama korea lu maksain banget -___-"

Rin Asami Nashannia mengatakan...

ceritanya kocak :D
ini genre nya comedy romance ya? hahahaha

Rimie Ramadan mengatakan...

haha, iya bos. abis bingung, biar agak menjiwai gitu..
comedy romance? Hmm, kayanya iya, bakal ke arah situ.
thank you sis!

Rin Asami Nashannia mengatakan...

kok kyujongnya ga disebutin? :O

Rimie Ramadan mengatakan...

oiyaaa.. lupa. itu kan out of mind. si junki juga ntar muncul jd cameo. hahahaaa..

Posting Komentar