18 Agu 2015

RidhoMu Tuhan, berasal dari Ridho Orangtuaku

Bahkan mengubur perasaan dan keinginan ternyata justru menumbuhkan salah paham.

Kadang ingin menggalinya lagi dan mengambilnya diam-diam, tapi terpaksa dikubur lagi.

Demi senyuman mereka. Kebahagiaan mereka. Supaya mereka senang.

Dan ternyata apa yang telah dikubur itu adalah benih, yang justru tumbuh seiring waktu.

Membungakan rasa tidak percaya, dan membuahkan ketakutan.

Apa daya, benih itu telah menjadi pohon serupa beringin.

Besar mengakar, buahnya pun banyak namun tak terlihat.

Berjatuhan, atau dimakan makhluk yang lain.

Manusia punya akal, berhak memilih.

Berhak menentukan keputusan, dan bertanggung jawab atasnya.



Di sini, hanya diri ini yang tak pandai berkomunikasi.

Bahkan ekspresi sering tak serasi dengan kondisi.

Apa yang kuinginkan?

Apa yang kubutuhkan?

Hidupku serasa sebuah dikte dari kecil

Hingga bahkan aku tak bisa memilih sendiri hal yang kusukai

Semua berkomentar, dan aku patuhi mereka



Sehingga aku pandai membahagiakan orang lain

Dan menganiaya diriku sendiri

Sudah sedari dulu



Maaf, aku tak menyangka

Bahwa kepatuhan ini memiliki batas

Maaf, jika akhirnya

Aku pun menyalahkan kalian untuk masa laluku

Maaf, dan bolehkah aku pergi?

Aku ingin mencari hidupku sendiri

Hidup yang buatku bahagia secara murni

Bahagia pada diriku sendiri



Bolehkah?

0 komentar:

Posting Komentar