22 Apr 2013

Labil

Mungkin saya terkena dampak perang pemikiran. Saya mengalami konflik dengan batin saya sendiri. Entah saya harus mengambil dalil yang mana. Yang jelas saya masih berkeyakinan Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa dan kita dihidupkan untuk menyembahNya. Dialah pemilik segala apa yang ada di langit dan bumi, termasuk jiwa kita. Dialah tempat kembali segala urusan. Ya, saya yakin semua itu.

Sayangnya saya belum benar-benar belajar kapan turunnya setiap ayat dalam AlQur'an. Saya bingung, karena dewasa ini manusia banyak menafsirkan Qur'an dengan ideologi masing-masing. Sehingga saya mengikuti kaidah, "Islam itu gampang, tapi tidak menggampangkan." Rukun Islam wajib dijalankan, rukun Iman wajib dipercaya. Saya mengambil yang pokoknya saja. Dalil cukup dari Qur'an dan Sunnah. Namun satu yang luput, tarikh dari qur'an dan sunnah itu sendiri. Kecuali beberapa yang pernah saya pelajari.

Sebenarnya, apa yang menjadi perang pikiran di sini simpel tapi rumit, yaitu cara mencari nafkah. Oke, kita bisa mencari nafkah dari 2 segi yang dibebaskan Allah, Bekerja dan Memberi Pekerjaan. Keduanya harus halal.

Nah, di sini tafsiran halal pun sudah agak tergolong ke beberapa macam. Pertama, benar-benar bekerja hanya untuk ridhoNya. jadi apapun yang kita usahakan, tidak ada unsur pemaksaan terhadap orang lain. Yang kini populer disebut spiritual company. Intinya lebih kepada merayu Allah dengan segala cara yang dianjurkan agama, Dhuha-Tahajud-Jama'ah5waktu, sedekah, dsb. Lalu kemudian Allah lah yang akan mendatangkan mereka kepadamu.

Kedua, yang dikenal dengan sebutan profesionalisme. Sistem yang lebih dipopulerkan oleh bangsa barat sejak lama. Kerja maksimal, target tercapai, hasil maksimal, konsumen puas. Jadi perusahaan paling top sejagat raya. Semua orang memimpikan bekerja di sana dengan gaji yang menggiurkan.

Sayangnya, kebanyakan spiritual company kurang menjunjung profesionalisme sehingga cenderung berpikir dangkal. Begitu pun sebaliknya, profesionalisme terkadang menuntut kerja terlalu keras sehingga lalai dalam ibadah.

Beberapa perusahaan Spiritual Company yang pernah kumasuki sebagai konsumen, bisa dibilang kurang layak pakai alias kinerjanya mengecewakan. Saya seringkali merasa malu untuk mengakuinya. Mereka muslim, dengan identitas kokoh (celana gantung dan kumis-jenggot, poster nasehat alQur'an dimana-mana) namun manajemen perusahaannya bikin konsumen ngelus dada. Kebanyakan modal nekat juga sih. Jadi sedih, kayak liat pengemis berjilbab di jalanan.

0 komentar:

Posting Komentar