Hidup itu sederhana. Sesederhana kita menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida. Sesederhana menikmati tubuh yang sehat dan
tersenyum untuk mensyukurinya.
Hidup juga terdiri dari pilihan-pilihan yang sederhana.
Sesederhana kita benar-benar bangkit saat pertama membuka mata, atau sekedar
berkedip lalu menarik selimut kembali. Sesederhana kita memilih mau makan apa,
ketika kita berada di kafetaria. Sesederhana mensyukuri kesehatan kita, atau
cemburu oleh kecantikan orang lain yang belum tentu alami.
Hidup itu sederhana. Kita sudah diberi suatu tawaran, hanya
tinggal memilih, kemudian menikmati akibatnya. Sesederhana tawaran mengesahkan
KRS, apakah di waktu yang tepat, atau menundanya sambil terus menabung alasan.
Sesederhana apakah kita dapat menjumpai sang dosen di waktu dan kondisi yang
menyenangkan, atau mendapatkan “kejutan” tak terduga.
Bahkan sering kita lupa, jawaban terbaik pun dapat kita
diskusikan dan kita minta. Kepada siapa? Tentu kepada Sang Pemberi Kehidupan. Tuhan
Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Kembali lagi, hidup itu sederhana.
Sesederhana kita mau berdoa dan meminta, atau menghindar dan menyakiti-Nya.
Ketika kita diberi kehidupan saja, sudah merupakan anugerah
yang luar biasa. Walaupun kelihatannya sederhana, tapi terdiri dari suatu yang
juga kompleks. Betapa jika kita tidak bernapas sehari saja, bisa menimbulkan
keributan luar biasa.
Syukur itu sederhana. Sesederhana sebuah senyuman dan doa setiap
hari. Senyuman hangat lagi indah. Syukur itu sederhana lagi indah.
Seindah senyuman bapak dosen sore ini. Hehehe..
0 komentar:
Posting Komentar