17 Okt 2012

Kerajaan yang Tak Ternilai

Keluarga bagaikan sebuah kerajaan.
Ayah sebagai raja, ibu permaisurinya.
dan anak-anak sebagai pangeran dan putrinya.

Di keluargaku, raja dan permaisuri hidup rukun dan bahagia.
Belum pernah ada pertengkaran serius antara keduanya.
Pembicaraan serius pun dilakukan di belakang kami, putri-putrinya.

Raja di kerajaanku tidak terlalu banyak mengambil posisi.
Beliau adalah sang pemberi kebahagiaan, layaknya Sinterklas.
Makanya aku selalu heran kalau mendengar cerita temanku yang dikurung ayahnya.
Ayah sangat sayang kami bertiga. Beliau juga yang paling tampan.

Permaisuri yang bertugas layaknya perdana menteri sekaligus penasehat.
Beliau mengatur semua urusan rumah tangga, dan berjalan sangat baik.
Dulu aku sempat mengeluh tatkala beliau terlalu sering bekerja.
Ya, beliau pun seorang wanita karir yang mandiri.
Kini aku mengakui kekagumanku padanya.
Tak ada yang bisa menandingi kebijaksanaan beliau.

Putri kecil selalu meminta perhatianku. Lebih-lebih kini.
Ia sering bertutur tentang kesehariannya padaku.
Termasuk kisah barunya tentang sang pangeran yang mengoyak hati.
Sabar ya sayang, ku selalu di sini.

Aku sering membayangkan apa jadinya.
Bila kerajaan lain telah mempersunting kami berdua.
Lalu raja dan ratu hanya hidup berdua.
Hilanglah cericit putri kecilnya.
Hilanglah tawa besar putri sulungnya.

Bahkan kini, kerajaan itu saja sudah sepi.
Sekian tahun lamanya aku tidak bermukim di sana.
Hanya singgah, untuk kemudian pergi kembali.

Satu yang pasti, kemanapun kami pergi, kerajaan inilah yang pasti membuka gerbangnya saat kami kembali. Dan kami, adalah representasi dari pusaka kerajaan ini.

RRR-WedNite 2012

0 komentar:

Posting Komentar