Di sisa Juni yang menjadi penutup Ujian Akhir Semester Genap 2010/2011 ini, aku disibukkan dengan banyak jalan-jalan. Hehehe..
Purwokerto, sebuah kota yang khas dengan tempe mendoan dan objek wisata Baturraden. Kota ini akan menjadi tempat refreshingku yang pertama. Bukan sekedar wisata rekreasi, tapi juga dalam rangka menjalin silaturahmi. Karena di rumah kerabat yang berada di Purwokerto, keluarga besarku akan mengadakan pengajian. Yang jadwalnya rutin setiap 3 bulan sekali. Acara di Purwokerto ini akan digelar lumayan besar. Karena waktunya memang dipaskan pada saat liburan sekolah. Bisa dibilang seperti reuni keluarga. Acaranya akan memakan waktu 2 hari. Hari pertama akan diisi dengan perjalanan dan acara pengajian yang menjadi agenda utama. Hari kedua akan diisi dengan wisata ke Owabong.
Selang sehari, yang entah akan kugunakan untuk beristirahat atau bersibuk2 pindahan, ada agenda kuliah lapangan yang tertunda. Kami akan berwisata arsitektural ke Kampung Naga yang berada di antara Garut dan Tasikmalaya. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari. Dari tanggal 29 Juni hingga 1 Juli 2010. Ini juga tidak bisa disebut murni wisata, karena nantinya kami akan diberi tugas sketsa dan dikumpulkan hari itu juga. Senangnya aku, di sini aku selain sebagai peserta, juga jadi panitia. Selain itu, di hari terakhir kami akan sedikit melancong ke kota peuyeum Bandung. Di kota tempat ITB itu berada, aku akan dijemput orangtuaku dan langsung bertolak ke Tangerang. :)
Heemm.. lumayan panjang ya agendaku. Semoga bisa tetep sehat dan fresh menjalaninya. Oh ya pembaca, doakan aku ya, aku lagi agak batuk ni.. Doakan supaya cepat sembuh.. :) Makasih.. (:
25 Jun 2010
22 Jun 2010
SEMBAHYANG RUMPUTAN - A. Yosi Herfanda
walau kaubungkam suara azan
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin
topan menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan
walau kautebang aku
akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu
aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan
aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi allah tuhan sekalian alam
pada kambing dan kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah
aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang
1992
"Kenangan masa SMA"
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin
topan menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan
walau kautebang aku
akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu
aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan
aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi allah tuhan sekalian alam
pada kambing dan kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah
aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang
1992
"Kenangan masa SMA"
21 Jun 2010
pacaran isn't my principal
Mempertahankan prinsip memang bukan hal mudah. Tidak seperti menggigit kue tart.
Prinsip tentang apapun itu. Dan seringkali prinsip yang ingin aku pegang teguh banyak terkena iming-iming untuk melanggarnya. Prinsip yang mungkin untuk remaja lainnya perkara sepele. Tapi tidak bagiku.
Aku sejak smp memang memegang prinsip tidak akan pacaran sampai menikah. Biarkanlah hati ini menyimpan nama-nama yang menjadi kandidat utama, namun tidak untuk menarik orang-orang itu. Walaupun seringkali nama-nama itu berganti seiring hatiku berubah haluan. Kan rasa suka itu fitrah, asal tidak diumbar.
Tapi juga, aku sering curhat ke teman-temanku saat aku berpapasan atau mempunyai sesuatu tentang salah seorang dari mereka. Semoga ini bukan sesuatu yang disebut mengumbar.
Aku, walopun menolak untuk pacaran, tapi aku senang jika melihat teman-temanku berpasangan. Apalagi yng menurutku memang cocok. Aku masih belum bisa melarang mereka terang-terangan. Bahkan terkadang aku malah iri atau kepingin saat melihat mereka sedang 'akur'. Karena mereka saling mengisi satu sama lain. Saling membantu, walau tak jarang juga lebih terlihat 'diperalat'. Setidaknya mereka punya orang yang bisa dicurhati, yang berdiri di barisan terdepan untuk memberi dorongan bagi mereka. Yang bisa membantu menyelesaikan tugas sehingga lebih cepat selesai. Ah, segala macam. Di saat-saat seperti itulah aku ingin seperti mereka.
Tapi aku sendiri jijik kalau melihat orang berpacaran yang berlebihan. Contohnya, pegangan tangan kemana-mana, kepala selalu bertengger di pasangannya, atau berpelukan/berciuman di depan umum. Terlebih jika si pelaku adalah gadis berjilbab. Aku merasa jijik. Makanya aku berkaca pada kejadian-kejadian itu dan merasa jijik. Aku tidak masalah jika teman-teman berjilbab ini pacaran, asal tidak bersentuhan.
Dan godaan terbesar adalah, malahan ibuku menyuruhku untuk pacaran atau setidaknya punya teman dekat lawan jenis yang bisa dikenalkan pada keluarga. Sebelum lulus S1 pokoknya harus ada katanya. Ya Rabbi, help me..
Maaf yang tersinggung atas curahan pikiran saya ini.
Prinsip tentang apapun itu. Dan seringkali prinsip yang ingin aku pegang teguh banyak terkena iming-iming untuk melanggarnya. Prinsip yang mungkin untuk remaja lainnya perkara sepele. Tapi tidak bagiku.
Aku sejak smp memang memegang prinsip tidak akan pacaran sampai menikah. Biarkanlah hati ini menyimpan nama-nama yang menjadi kandidat utama, namun tidak untuk menarik orang-orang itu. Walaupun seringkali nama-nama itu berganti seiring hatiku berubah haluan. Kan rasa suka itu fitrah, asal tidak diumbar.
Tapi juga, aku sering curhat ke teman-temanku saat aku berpapasan atau mempunyai sesuatu tentang salah seorang dari mereka. Semoga ini bukan sesuatu yang disebut mengumbar.
Aku, walopun menolak untuk pacaran, tapi aku senang jika melihat teman-temanku berpasangan. Apalagi yng menurutku memang cocok. Aku masih belum bisa melarang mereka terang-terangan. Bahkan terkadang aku malah iri atau kepingin saat melihat mereka sedang 'akur'. Karena mereka saling mengisi satu sama lain. Saling membantu, walau tak jarang juga lebih terlihat 'diperalat'. Setidaknya mereka punya orang yang bisa dicurhati, yang berdiri di barisan terdepan untuk memberi dorongan bagi mereka. Yang bisa membantu menyelesaikan tugas sehingga lebih cepat selesai. Ah, segala macam. Di saat-saat seperti itulah aku ingin seperti mereka.
Tapi aku sendiri jijik kalau melihat orang berpacaran yang berlebihan. Contohnya, pegangan tangan kemana-mana, kepala selalu bertengger di pasangannya, atau berpelukan/berciuman di depan umum. Terlebih jika si pelaku adalah gadis berjilbab. Aku merasa jijik. Makanya aku berkaca pada kejadian-kejadian itu dan merasa jijik. Aku tidak masalah jika teman-teman berjilbab ini pacaran, asal tidak bersentuhan.
Dan godaan terbesar adalah, malahan ibuku menyuruhku untuk pacaran atau setidaknya punya teman dekat lawan jenis yang bisa dikenalkan pada keluarga. Sebelum lulus S1 pokoknya harus ada katanya. Ya Rabbi, help me..
Maaf yang tersinggung atas curahan pikiran saya ini.
20 Jun 2010
Let me see their light
Dua bintang yang terus menghias langitku akhir-akhir ini
Hanya satu yang mudah kugapai
Satunya bukan menjauh
Tapi sering tertutup awan
Atau termakan cahaya bulan
Tapi ku tak mungkin menyimpan keduanya
Karena hanya satu tempat yang butuh sinarnya dalam diriku
Hanya satu yang mudah kugapai
Satunya bukan menjauh
Tapi sering tertutup awan
Atau termakan cahaya bulan
Tapi ku tak mungkin menyimpan keduanya
Karena hanya satu tempat yang butuh sinarnya dalam diriku
Langganan:
Postingan (Atom)