aku pun tak peduli lagi
kau boleh katakan sesukamu
tapi jangan kau korek lukaku lagi
luka ini, sekalipun tertutup debu dan waktu
akan memiliki bekas, setidaknya memori
kuhargai pemberianmu ini
dan kuingat sampai nafas berhenti
indah hidup yang kau katakan
bijaksana yang kau bandingkan
tak lihatkah kau aku punya hak
untuk putuskan
beribu kali maaf kau lantunkan
sebanding dengan pertambahan tusuk dan lebam yang kautanam
dan semakin hari
semakin kuperkokoh benteng ini
kumuseumkan luka ini agar abadi
tak pernah sekalipun kau coba menembus benteng itu
meski kucoba gelarkan karpet merah padamu
jika kini kau baru mencoba masuki
bernegosiasi dengan negri yg kubangun ini
tidakkah kau lihat
karpet merah itu telah kugulung kembali
gerbang telah kukunci rapat
ganda
kuncinya pun telah kutelan
sekalipun aku keluarkan kemaafan
bukan berarti luka itu berangsur pulih
karena sejatinya ku telah lumpuh
hilang segala daya juga rasa percaya
kuanggap kau hanya ada
tanpa identitas apa-apa
entah siapa yang mampu membuatku
luluh dan memaafkanmu
dialah yang akan menjadi penolongmu
untuk bantu membujukku
membuka gerbang kembali
untukmu, dan memberikanmu
kemaafan yang paling tulus
dia yang jadi tabib pengobat
kelumpuhanku yang nyaris abadi
kalaulah boleh memilih
aku akan tinggal bersamanya
mengobati luka secara perlahan
dan menjauh darimu
penyebab luka terdalam
---
Ria R. Ramadan
Yogya, 25.07.2015
setelah subuh gempa dan dialog airmata
0 komentar:
Posting Komentar