Tetiba lagi diriku murung. Awan mendung menggelembung di atas dahiku. Aku layu.
Haruskah bercerita pada khalayak, penat yang kurasa?
Haruskah mundur dari nyata, lari menuju fana?
Patah arang, akalku hanya seujung lutut.
Aku lebur kepada tanah. Aku sembunyi di hampar ilalang.
Bukanlah aku seorang yang pandai
Ibuku yang pandai, aku bukan.
Namun tuntutan seorang wanita haruslah pandai demi generasi berkualitas.
Namun aku hendak menyerah
Tak pandai lidah mengurut kalimat.
Tak pandai jari menari demi alinea
Sepatah dua patah agar jadi buku ilmu
Buku persyaratan lulus
Dilarang lulus jika tak selesai
Haruskah aku lari?
Nilaiku di belakang pun hancur
Empat tahun yang percuma
Aku hanyalah gembel belaka
Aku hanya menumpang hidup
Memakai topeng kemana-mana
Topeng bernama mahasiswa
Mahasiswa yang tak pernah bisa
Menggapai impian
Haruskah pergi sembunyi-sembunyi
Atau terus melangkah walau terlampau berat
Aku ingin tidur seribu tahun
Aku pengecut, nyaliku ciut
Mungkinkah Tuhan memaafkan
Apa yang sudah kulakukan
Mengapa berat, mengapa takut
Mengapa sembunyi
Mengapa lari
Mau kau lari kemana
Bumi ini kecil bagiNya
Ruang angkasa pun kecil
dibanding arasy Nya
Dia yang Maha Besar
Sanggupkah dirimu yang kecil melawanNya
Beranikah dirimu yang kecil menantangNya
Perjuanganmu belum harus usai
Perjuanganmu baru dimulai
Perjuangan, ujian dan cobaan ini hanya kecil
Sekecil dirimu dibanding semesta
Maka berterimakasihlah atas ujian itu
Karena itu tanda sayangNya padamu
Dia berharap besar padamu agar menyelesaikannya
Agar menjadi bukti, kecilmu bukanlah masalah
Agar menjadi bukti, kamu pantas kembali padaNya
dengan senyuman dan dada yang besar
karena telah menyelesaikan urusan itu
karena kamu adalah khalifah yang baik di muka bumi
Allah dan semesta, menaruh harapan besar
Padamu, ya hanya kamu yang bisa
Bukan siapa-siapa.
Kamu yang terpilih, jadi selesaikanlah dengan sempurna.
Jika tak bisa sempurna, baik pun cukup.
Karena itu perjuangan terbaikmu.
0 komentar:
Posting Komentar